Cari Blog Ini

Selasa, 06 Desember 2011

7 KELEBIHAN SETAN DIBANDINGKAN MANUSIA

1. Pantang menyerah
Setan tidak akan pernah menyerah selama keinginannya untuk menggoda manusia belum tercapai. Sedangkan manusia banyak yang mudah menyerah dan malah sering mengeluh.

2. Selalu Berusaha
Setan akan mencari cara apapun untuk menggoda manusia dan agar tujuannya tercapai, selalu kreatif dan penuh ide. Sedangkan manusia ingin enaknya saja, banyak yang malas.

3. Konsisten
Setan dari mulai diciptakan tetap konsisten pada pekerjaanya, tak pernah mengeluh dan berputus asa. Sedangkan manusia banyak yang mengeluhkan pekerjaannya, padahal banyak manusia lain yang masih ngaggur.

4. Solider
Sesama setan tidak pernah saling menyakiti, bahkan selalu bekerjasama untuk menggoda manusia. Sedangkan manusia, jangankan peduli terhadap sesama, kebanyakan malah saling bunuh dan menyakiti.

5. Jenius
Setan itu paling pintar mencari cara agar manusia tergoda. Sedangkan manusia banyak yang tidak kreatif, bahkan banyak yang jadi peniru dan plagiat.

6. Tanpa Pamrih
Setan itu bekerja 24 Jam tanpa mengharapkan imbalan apapun. Sedangkan manusia, apapun harus dibayar.

7. Suka berteman
Setan adalah mahluk yang selalu ingin berteman, berteman agar banyak temannya di neraka kelak. Sedangkan manusia banyak yang lebih memilih mementingkan diri-sendiri dan egois.

Warisan Budaya Etnis Bugis di Desa Labuhan Mapin Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa

BAB I
PENDAHULUAN
Dengan berlayar menggunakan perahu Lambo atau sejenis perahu layar kecil, etnis Bugis yang bermukim di Desa Labuhan Mapin Kecamatan Alas Barat kabupaten Sumbawa diperkirakan tiba di pesisir utara bagian barat Pulau Sumbawa sekitar tahun 1920-an. Ini merupakan gelombang pertama kedatangan orang-orang Bugis yang ada di Desa Labuhan Mapin, bermula hanya dengan beberapa kepala keluarga yang memang merantau untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Gelombang kedua kedatangan orang-orang Bugis di desa Labuhan Mapin adalah tahun 1940-an, gelombang kedua ini merupakan orang-orang Bugis yang eksodus karena kekacauan yang terjadi di Sulawesi Selatan akibat pemberontakan DI/TII pimpinan KAHAR MUZAKKAR. Ada beberapa anggapan yang mengatakan bahwa orang-orang Bugis yang datang pada gelombang kedua di Pulau Sumbawa pada umumnya adalah orang-orang yang lari dari kewajiban dalam mempertahankan tanah kelahirannya di Sulawesi Selatan dan dicap sebagai orang-orang pengecut. Terlepas dari anggapan negatif diatas, sebenarnya etnis Bugis yang khususnya ada di Desa Labuhan Mapin telah membentuk sebuah sub etnik Bugis yang unik dari asal mereka di Sulawesi Selatan.

Selain etnis Bugis, di Desa Labuhan Mapin juga ada etnis-etnis lain yang berasal dari Sulawesi Selatan diantaranya etnis , Makassar dan Mandar. Keberagaman etnik ini sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter unik dari etnis Bugis yang ada di Desa Labuhan Mapin. Selain itu ada juga pengaruh yang terakomodasi dari kultur budaya etnis Sumbawa. Ada beberapa hal yang membentuk keunikan karakter ini, seperti bahasa, perkawinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Etnis Bugis yang ada di Desa Labuhan Mapin dewasa ini telah berevolusi menjadi sebuah etnis yang unik di antara semua etnis Bugis di pulau Sumbawa.

BAB II
B A H A S A
Dari segi bahasa, orang-orang Bugis yang ada di Desa Labuhan Mapin memiliki bahasa Bugis yang unik. pertama ada beberapa kata-kata yang terjadi dari asimilasi dengan bahasa Sumbawa. Kata-kata ini tidak akan kita temukan dalam bahasa Bugis yang ada di Sulawesi Selatan. Contohnya kata 'Ampò' yang diambil dari bahasa Sumbawa dan berarti lagi. Orang-orang Bugis di Desa Labuhan Mapin telah mentransfer kata ini menjadi bahasa Bugis dengan arti yang sama dari bahasa asalnya. Tetapi di Sulawesi Selatan kata ini akan berbeda arti, kata 'Ampo' yang digunakan oleh orang-orang Bugis di Sulawesi Selatan berarti hambur atau tebar. Kedua pembentukan dialek, etnis Bugis yang ada di Desa Labuhan Mapin mempunyai dialek yang sangat unik. Pada umumnya etnis Bugis yang tersebar di pulau Sumbawa masih tetap memakai dialek asli yang mereka bawa dari Sulawesi Selatan. Tetapi di Desa Labuhan Mapin karena keberagaman etnis yang ada, orang Bugis disini telah membentuk dialek tersendiri karena asimilasi dengan dialek etnik lain yang ada. Di Desa Labuhan Mapin semua etnis memakai bahasanya masing-masing dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hidup bermasyarakat, warga Desa Labuhan Mapin yang terdiri dari berbagai etnis ini berkomunikasi juga dengan memakai bahasanya masing-masing. Orang luar akan heran jika melihat orang Bugis yang menggunakan bahasa Bugis sedang melakukan contohnya sebuah transaksi dengan orang Selayar yang menggunakan bahasa Selayar. Di Desa Labuhan Mapin ada sebuah aturan tidak tertulis yang mengharuskan semua warga yang berlainan etnis ini harus bisa atau minimal mengerti semua bahasa yang ada di Desa Labuhan Mapin.

Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya sebuah perkawinan dan terbentuknya sebuah bahasa dan dialek yang unik. Dialek ini tidak akan kita temui pada etnis Bugis lain yang tersebar di pulau Sumbawa. Etnis Bugis yang ada di daerah bagian timur pulau Sumbawa terkadang tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh orang Bugis di Desa Labuhan Mapin jika mereka menggunakan bahasa Bugis yang diselingi dengan bahasa Selayar, bahasa Bira ataupun bahasa Bajo.



BAB III
PERKAWINAN DAN KEHORMATAN
Perkawinan adalah sumbu tempat berputarnya seluruh hidup kemasyarakatan [Geurtjens dalam : Uit een vreemde wereld]. Sebuah perkawinan adalah ritual yang sangat sakral bagi semua manusia. Orang-orang Bugis percaya bahwa sebelum seseorang memasuki sebuah perkawinan, maka harus mengerti makna dari pepatah ini "Kumu'ulleni Malliburiki Dapurèngnge Bekke Pitu, Abbahineno" artinya jika anda mampu mengelilingi sebuah dapur sebanyak tujuh kali berarti anda sudah bisa menikah. Secara harfiah arti pepatah diatas begitu gampang sekali dalam melakukannya. Untuk mengelilingi sebuah dapur sebanyak tujuh kali, semua orang bahkan anak kecil sekalipun akan mampu melakukan. Orang-orang Bugis percaya dengan pepatah diatas yang menurut mereka sangat sarat dengan makna tentang arti sebuah perkawinan dan bagaimana membina rumah tangga yang baik. Dalam pemikiran orang-orang Bugis, dalam sebuah dapur banyak sekali benda atau hal-hal yang mengindikasikan tentang arti sebuah perkawinan. Sebuah panci tidak akan maksimal fungsinya untuk memasak jika tidak digunakan bersama sebuah tungku atau kompor. Sebuah tungku atau kompor tidak akan bisa dipakai memasak apabila tidak menggunakan bahan bakar, hal ini merupakan sebuah perumpamaan bahwa tanpa adanya kerjasama sebuah perkawinan tidak akan bisa terwujud. Sebuah perkawinan tidak akan terwujud tanpa adanya kerjasama antara seorang suami dan seorang istri. Seorang suami yang merupakan kepala rumah tangga tidak bisa maksimal dalam menjalankan tugasnya jika seorang istri tidak mendukung suaminya dalam menjalankan kehidupan berumah tangganya. Sebuah perkawinan diibaratkan seperti bermacam bumbu-bumbu masak yang ada di dapur. Cabai yang rasanya pedas, garam yang asin, gula yang sangat manis, asam, merica dan semuanya berbeda rasa. Tetapi ditangan seorang koki atau juru masak yang handal, bumbu-bumbu dapur yang berlainan rasa dan aroma ini bisa menjadi penyedap rasa sebuah makanan yang enak dimakan jika diramu dengan baik sesuai ukuran dan dan resep. Perkawinan adalah bersatunya dua individu yang berbeda jenis dan karakter dan apabila tidak diramu dengan baik maka tidak akan bisa menjadi sebuah rumah tangga yang bagus, sama seperti bumbu-bumbu dapur tersebut.

Dalam sebuah perkawinan kadang terjadi perselisihan kecil

Masalah perkawinan pada orang-orang Bugis yang ada di Desa Labuhan Mapin sekarang ini sebenarnya cukup fleksibel. Namun masih ada sebagian orang-orang Bugis di Desa Labuhan Mapin menginginkan keturunan mereka menikah hanya dengan orang yang berasal dari etnis Bugis juga. Tetapi karena perubahan jaman dan keberagaman etnis yang ada, telah banyak perkawinan antar etnis yang terjadi. Selain etnis-etnis yang berasal dari Sulawesi Selatan dan etnis pribumi Sumbawa, ada juga etnis-etnis lain yang berasal dari Jawa, Madura, Lombok, Bima, Flores, bahkan etnis Arab dan Tionghoa yang telah berasimilasi di Desa Labuhan Mapin. Sekali lagi keberagaman etnis ini telah membentuk suatu karakter yang unik bagi perkembangan budaya orang-orang Bugis yang ada di Desa Labuhan Mapin. Pada proses sebuah perkawinan, orang-orang Bugis disini, selain masih memegang adat yang mereka bawa dari Sulawesi Selatan juga telah mengadopsi beberapa budaya dalam proses sebuah perkawinan dari etnis lain yang ada di Desa Labuhan Mapin.

Prosesi awal dari sebuah perkawinan dimulai dengan peminangan dari pihak keluarga calon mempelai pria kepada keluarga calon mempelai wanita. Prosesi ini disebut dengan 'Massuro' atau 'Madduta', disini keluarga calon mempelai pria akan mengutus perwakilan yang akan menanyakan kesediaan keluarga calon mempelai wanita apa akan menerima pinangan ini. Dalam tahap ini keluarga calon mempelai wanita akan menentukan berapa mahar yang harus diberikan oleh pihak keluarga calon mempelai pria. Jika mahar yang disebutkan oleh pihak keluarga calon mempelai wanita dirasakan berat. maka pihak keluarga calon mempelai pria akan mengadakan negosiasi dan minta waktu untuk merundingkan hal ini dengan semua keluarga calon mempelai pria. Dan jika terjadi kesepakatan antar kedua belah pihak. maka keluarga calon mempelai pria akan menanyakan ketetapan waktu pelaksanaan perkawinan ini. Prosesi selanjutnya adalah 'Mappaendré Balanca', prosesi yang diakomodasi dari budaya etnis Selayar ini adalah penyerahan mahar yang telah disepakati bersama oleh pihak keluarga calon mempelai pria kepada pihak keluarga calon mempelai wanita pada saat prosesi Mèttè. Setelah Prosesi ini akan ada waktu jeda biasanya selama lima sampai tujuh hari bagi kedua pihak untuk mempersiapkan proses perkawinan ini. Pada jaman dahulu seorang calon mempelai wanita akan mulai dipingit keluarganya jika prosesi ' Mèttè ' telah dilakukan. Calon mempelai wanita akan diberitahu bahwa dia telah dipinang dan tidak boleh lagi keluar rumah sampai proses perkawinan selesai. Biasanya calon mempelai wanita akan menangis setelah diberitahu, dan ini juga merupakan suatu bagian dari proses perkawinan yang disebut 'Difauang'. Jika calon Mempelai wanita tidak menangis atau berpura-pura menangis, maka bibi-bibi, saudara-saudara perempuan dan teman-teman wanita calon mempelai wanita akan mencubitinya sampai calon mempelai wanita ini benar-benar akan menangis. Dewasa ini prosesi 'Difauang' sudah tidak ada lagi, karena perubahan jaman. Sekarang seorang gadis sudah tidak dipingit lagi jika sudah ada yang meminang. Dalam waktu jeda lima sampai tujuh hari ini, banyak prosesi yang dilakukan oleh kedua keluarga pihak calon mempelai. Saat ini ada beberapa orang Bugis yang mengadopsi prosesi budaya dari etnis Sumbawa disebut 'Tokal Mesà' yang berarti 'Duduk sendiri', prosesi ini dilakukan oleh pihak keluarga mempelai pria dengan mengadakan resepsi atau walimah tanpa didampingi oleh mempelai wanita. Prosesi ini hanya merupakan acara simbolik, akan tetapi dalam prosesi ini unsur budaya sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Prosesi yang utama adalah ditempat calon mempelai wanita. Sehari sebelum prosesi akad nikah dilakukan, calon mempelai wanita akan mengadakan prosesi 'Mappacci'. Prosesi ini dilakukan dengan memberi tanda pada kedua telapak tangan calon mempelai wanita dengan menggunakan daun pacar atau inai oleh semua anggota keluarga calon mempelai wanita. Maksud dari prosesi ini adalah dengan memberi tanda pada kedua telapak tangan calon mempelai wanita, berarti semua anggota keluarga telah merestui dan rela melepaskan calon mempelai wanita dalam menempuh kehidupan barunya nanti sebagai seorang istri. Biasanya setelah prosesi ini selesai, para gadis remaja akan berebutan mengambil sisa inai untuk mereka gunakan di kuku atau telapak tangan mereka supaya cepat mendapat jodoh juga. Dewasa ini prosesi Mappacci sudah jarang dilakukan dan digantikan dengan prosesi 'Màbbembeng' yang diadopsi dari budaya etnis Selayar.

Pada hari akan dilakukan prosesi akad nikah, calon mempelai pria akan berangkat dari rumahnya menuju rumah calon mempelai wanita dengan iring-iringan dari semua keluarga, sanak saudara dan rekan-rekan calon mempelai pria. Setiba di rumah calon mempelai wanita, rombongan calon mempelai pria ini akan disambut oleh calon mertua dengan siraman beras. Siraman ini melambangkan semoga calon mempelai pria mampu memakmurkan keluarganya kelak. Sebelum prosesi akad nikah dimulai biasanya, mempelai wanita akan mengadakan prosesi Mappa'andretèmmè atau prosesi 'Khatam Al-Qur'an' dahulu dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an secara bergiliran oleh semua yang hadir. Dan dilanjutkan dengan pembacaan ijab kabul. Setelah prosesi pengucapan ijab kabul selesai, kedua mempelai akan melakukan sungkem pada semua anggota keluarga mempelai wanita. Kemudian mempelai wanita akan dimasukkan ke dalam kamar oleh Indò Botting yang akan menjaga ketat pintu kamar. Pada jaman dahulu mempelai wanita akan dimasukkan kedalam sebuah ranjang yang tertutup kelambu tebal. karena pergeseran jaman, fungsi ranjang yang berkelambu tebal ini digantikan oleh kamar. Rombongan pengantar mempelai pria akan berusaha membuka pintu kamar yang dijaga ketat oleh Indò Botting. Pintu kamar baru akan terbuka jika rombongan pengantar mempelai pria memberikan banyak saweran pada Indò Botting. Disini kadang terjadi kerusuhan kecil dan kehebohan yang akan mengundang tawa akibat saling dorong pintu antara rombongan pengantar mempelai pria dengan Indò Botting yang mati-matian mempertahankan pintu tetap tertutup jika saweran yang diterima belum cukup banyak. Setelah pintu kamar berhasil dibuka, kedua mempelai akan duduk berdampingan dan segera melakukan prosesi Mappasiduka. Prosesi ini hanya merupakan acara simbolik saja, dimana mempelai pria secara resmi menyentuh mempelai wanita yang telah dinikahinya dengan menyentuh kening mempelai wanita yang berarti bahwa mempelai pria akan setia dan bertanggung jawab sebagai suami. Kemudian mempelai wanita akan mencium tangan mempelai pria sebagai bukti bahwa mempelai wanita akan berbakti sebagai seorang istri buat suami dan keluarganya kelak. Prosesi ini biasanya dipandu oleh seseorang yang dituakan dan dihormati dalam masyarakat.

Setelah semua prosesi diatas, kedua mempelai akan diarak keliling desa. Prosesi ini disebut dengan Marola, prosesi ini bertujuan untuk memberitahukan pada semua warga desa bahwa kedua mempelai telah resmi menjadi sepasang suami istri. Iring-iringan kedua mempelai ini akan berangkat dari rumah mempelai wanita sambil menyusuri jalan desa menuju rumah mempelai pria. prosesi ini disebut Lao Mammatua, maksud dari prosesi ini adalah memperkenalkan mempelai wanita pada semua anggota keluarga mempelai pria. Kemudian kedua mempelai akan diarak kembali oleh iring-iringan pengantar menuju rumah mempelai wanita, biasanya iring-iringan ini akan singgah di rumah guru mengaji dan rumah sanak famili kedua mempelai selama dalam perjalanan kembali ke rumah mempelai wanita. Malam harinya akan diadakan resepsi atau walimah pernikahan, yang dihadiri oleh semua warga desa. Setelah semua prosesi selesai, kedua mempelai belum bisa tidur bersama. Masih ada beberapa prosesi yang harus dilakukan. Dua sampai empat hari mempelai wanita akan tinggal sementara di rumah mempelai pria, sedangkan mempelai pria tinggal di rumah mempelai wanita. selama waktu itu mempelai pria hanya diperbolehkan menemui mempelai wanita jika siang hari itu juga dengan pengawasan dari kerabat mempelai pria. Jika tiba waktu mempelai wanita kembali ke rumahnya, maka akan diadakan prosesi Makkaé Botting. Prosesi ini adalah menjemput mempelai wanita kembali dari rumah mempelai pria. Pada saat inilah kedua mempelai baru bisa dikatakan resmi telah menjadi sepasang suami istri. Dewasa ini, prosesi-prosesi diatas sudah banyak yang ditiadakan seperti prosesi Mappacci dan Makkaé Botting. Prosesi ini biasanya sekarang hanya dilakukan oleh keluarga yang berkecukupan, disebabkan Prosesi ini banyak memakan biaya. Orang-orang Bugis di Desa Labuhan Mapin sebenarnya masih mempertahankan tradisi ini, tetapi karena ekonomi yang sulit dan prosesi ini memerlukan biaya yang besar, maka sedikit demi sedikit tradisi ini mulai memudar. Sebuah prosesi perkawinan yang biasanya memerlukan waktu minimal dua minggu, kini diringkas menjadi lima sampai enam hari saja. Otomatis banyak prosesi yang ditiadakan dan biasanya diganti dengan prosesi yang bisa memasukkan income. Seperti pada prosesi tokal mesà, resepsi yang dilakukan hanya untuk mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan selama proses perkawinan dari sumbangan yang diberikan oleh para tamu undangan. Sama halnya pada prosesi màbembeng.

Dalam sebuah prosesi perkawinan yang telah dijelaskan di atas, dua keluarga besar berarti telah sepakat untuk melakukan perkawinan putra-putri mereka. Prosesi perkawinan yang diadakan secara besar-besaran akan menjaga nama baik semua keluarga kedua mempelai. Orang-orang Bugis menjunjung tinggi Siríq atau kehormatan. Jika seorang anggota keluarga melakukan kesalahan atau aib yang memalukan keluarga terjadi, maka keluarga itu akan kehilangan Siríq dan akan menjadi cemoohan atau omongan warga. Dalam hal perkawinan, Siríq ini sangat dijaga karena jika sebuah keluarga atau seorang anggota keluarga melakukan suatu aib yang berhubungan dengan perkawinan, keluarga itu akan dianggap bukan saja telah menghilangkan Siríq keluarga besarnya tetapi bisa juga dianggap membuat aib bagi seluruh warga desa. Semua etnis di nusantara ini akan berpendapat sama. Pertama jika seorang gadis hamil diluar nikah maka akan dianggap sebagai pembawa aib yang sangat memalukan baik oleh keluarga besarnya maupun oleh warga desa tempat gadis itu tinggal. Orang-orang Bugis di Desa Labuhan Mapin sangat menjaga Siríq, sebuah keluarga akan mengucilkan anak gadis mereka dari lingkungan keluarganya atau bahkan tidak mengakui lagi anak gadis mereka sebagai anggota keluarga jika hamil di luar nikah. Walaupun keluarga dan pemuda yang telah menghamili anak gadis mereka mau bertanggung jawab untuk menikahi. Bahkan terkadang akan terjadi perseteruan abadi antara kedua pihak keluarga. Aib ini akan dbebankan pada si gadis dan dianggap sebagai dosa yang tidak termaafkan. Bahkan jika sampai si gadis melahirkan sebelum dinikahi, anak hasil perbuatan aibnya ini dicap sebagai anak haram. Beberapa orang beranggapan bahwa anak hasil dari hamil diluar nikah ini akan membatalkan wudhu jika disentuh. Anggapan ini sangat menyakitkan, tetapi ini merupakan salah satu pendidikan moral yang cukup efektif bagi orang-orang Bugis dalam menjaga Siríq atau kehormatan diri dan keluarga.

Hal kedua yang bisa menghilangkan Sirí atau kehormatan keluarga karena sebuah perkawinan adalah kawin lari. Sepasang remaja yang melakukan kawin lari atau orang-orang Bugis menyebutnya dengan Silariang, akan dianggap telah menghilangkan Siríq keluarga mereka masing-masing. Di kasus ini tetap keluarga perempuanlah yang sangat kehilangan Siríq-nya dimata warga desa. Seperti kasus hamil diluar nikah diatas, semua warga akan beranggapan bahwa keluarga si gadis tidak mampu menjaga anak perempuan mereka.



BAB IV
MITOS DAN LARANGAN
Salah satu cara pendidikan moral dan etika orang-orang Bugis di Desa Labuhan Mapin untuk anak-anak mereka adalah dengan menceritakan sebuah mitos yang harus dilakukan dan memberikan pantangan atau larangan yang dianggap tabu dilakukan. Cara ini oleh orang-orang Bugis di anggap sangat efektif dalam mendidik anak-anak dibandingkan dengan pendidikan moral dan etika yang di dapat dari sekolah manapun. Pada jaman dahulu ketika menanak nasi masih menggunakan cara tradisional, pasti akan tersisa kerak nasi di dalam periuk. Kerak nasi ini akan direndam air hingga melunak dan dipercaya jika memakan kerak nasi ini akan membuat rambut menjadi subur dan hitam berkilau. Karena mitos ini, biasanya anak-anak akan berebut untuk memakan kerak nasi ini dan berharap rambut mereka akan tumbuh subur dan hitam berkilau. Sebenarnya memakan kerak nasi sama sekali tidak ada hubungannya dengan kesuburan rambut, tetapi dengan mitos tersebut kerak nasi yang tidak dapat dimakan bisa habis daripada mubazir terbuang. Ada juga mitos yang mengatakan bahwa jika selesai makan maka sebaiknya minum dengan memakai piring yang telah digunakan untuk makan supaya cepat dapat jodoh. Memang tidak masuk akal, tetapi jika kita lihat mitos ini sebenarnya hanya mengajarkan jika setelah selesai makan, maka piring yang telah digunakan harus segera dicuci. Dengan menggunakan piring bekas makan sebagai wadah untuk minum, otomatis piring dengan sendirinya akan dicuci bersih. Jika sedang makan, piring yang digunakan tidak boleh sambil di pegang atau di taruh diatas telapak tangan karena dianggap tabu dan akan berakibat jika kelak setelah berkeluarga bisa menjadi boros dan tidak bisa menghidupi keluarga. Tidak boleh minum dengan menggunakan tutup teko atau cerat air minum, dianggap tabu karena nanti bisa membuat si pelaku jadi Fassampo Sirì atau penutup aib orang lain, contohnya menikahi seorang gadis yang hamil di luar nikah yang bukan dari hasil perbuatannya. Tidak baik seorang anak gadis duduk di ambang pintu karena akan berakibat jauh dari jodoh, tidak baik seorang anak gadis duduk sambil bertopang dagu karena akan membawa sial dan jauh dari rejeki, seorang gadis tidak boleh bangun kesiangan karena akan membuat jodohnya akan lama datang.



BAB V
KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI
Mayoritas etnis yang ada di Desa Labuhan Mapin adalah keturunan Bugis-Makassar yang mendiami wilayah utara desa ini, selebihnya adalah etnis keturunan Mandar, Bira, Makassar dan Bajo. dan ada beberapa etnis keturunan Jawa, Sasak atau Lombok, Madura, dan keturunan Arab. Kehidupan sosial orang-orang Bugis di Desa Labuhan Mapin sebenarnya sangat kompleks karena asimilasi budaya yang terdiri dari berbagai etnis. Dalam berinteraksi dengan etnis lain orang Bugis di Desa Labuhan Mapin dituntut harus bisa memahami semua budaya yang ada di Desa Labuhan Mapin. Pada dasarnya di Desa Labuhan Mapin terjadi pengelompokan etnis yang terbentuk dari adanya pembagian beberapa Dusun. Pada umumnya di Indonesia sistem kekerabatan atau faktor keturunan masih sangat kental, dan di Desa Labuhan Mapin terlihat dengan adanya dusun-dusun ini. Orang-orang Selayar tinggal dalam dusun yang terdiri dari mayoritas bilateral etnis mereka, begitu juga dengan orang-orang Bugis dan etnis-etnis lainnya. Di Desa Labuhan Mapin, orang-orang Bugis tinggal dalam dusun yang terdiri dari kekerabatan besar satu keturunan, mayoritas orang-orang Bugis yang ada di dusun Bugis Desa Labuhan Mapin masih saling berhubungan darah.
Di Indonesia pada beberapa etnis seperti Batak, Gayo, Dayak, Minangkabau, Toraja, Sangihe, Papua, Kei dan lain sebagainya, sejumlah keluarga rumah tangga yang saling rapat kekerabatannya masih tinggal bersama dalam sebuah rumah besar atau sebuah komunitas lingkungan dalam satu garis hubungan ayah (patrilineal) dan dari garis hubungan ibu (matrilineal). [Dr H. TH. Fischer, Pengantar Anthropologi Kebudayaan Indonesia, Cetakan keenam, tahun 1953, bab VI, hal.78-81]. Jadi, fungsi dusun di Desa Labuhan Mapin adalah sebagai rumah besar atau komunitas lingkungan. Seperti yang telah disinggung dalam bab II semua etnis yang ada di Desa Labuhan Mapin dalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa masing-masing jika berinteraksi dengan sesama anggota dusun, hal inilah yang sering membuat sebuah benturan antar anggota dusun yang berlainan etnik ini, terkadang masing-masing etnik merasa adalah yang terbaik. Akan tetapi benturan ini tidak sampai membuat kehidupan sosial diantara etnik yang berlainan di Desa Labuhan Mapin tidak berjalan sebagaimana mestinya. Orang-orang Bugis dan Selayar adalah etnik terbesar yang ada di Desa Labuhan Mapin.
Mata pencaharian mayoritas orang-orang Bugis di Desa Labuhan Mapin adalah pelaut dan nelayan, pekerjaan ini..



BAB VI
J I W A D A N R O H
Jiwa oleh orang-orang bugis disebut dengan Sumangè, jiwa sangat penting untuk dijaga. Karena tanpa Sumangè seseorang tidak akan bisa maksimal dalam menjalani kehidupannya. Jiwa seseorang dimulai ketika terlahir ke dunia, dimana selama sembilan bulan sebelumnya berada dalam kandungan yang gelap. Selama berada dalam kandungan inilah janin mendapat suplai makanan melalui tali pusar atau ari-ari, dalam bahasa bugis ari-ari ini disebut dengan Erug'. Erung atau ari-ari seorang bayi yang baru dilahirkan akan langsung dimasukkan kedalam sebuah wadah yang dicampur abu dapur dan garam segera setelah dipotong. Hal ini dilakukan supaya jiwa bayi tidak ada yang mengganggu. Abu dapur dan garam yang dimasukkan bersama ari-ari kedalam wadah, selain untuk menjaga Sumangè juga dipercaya menjadi makanan untuk Erung. Jika seorang anak makan terlalu banyak atau suka ngemil, orang-orang Bugis di Desa Labuhan Mapin percaya bahwa Erung atau ari-ari si anak kurang dicampur abu dapur dan garam. Jadi si anak akan terus merasa lapar dan suka makan atau ngemil, karena Erung atau ari-ari yang dipercaya sebagai kembaran si anak sewaktu dalam kandungan merasa lapar juga yang disebabkan kurangnya abu dapur dan garam yang dimusukkan kedalam wadah. 'Erung' atau ari-ari ini oleh orang-orang Bugis Sumbawa sangat berhati-hati dalam menanganinya.oleh sebab itu perkembangan si bayi kelak sangat bergantung bagaimana menangani ari-ari sewaktu baru lahir. Ari-ari seorang bayi lelaki setelah dimasukkan kedalam wadah yang bercampur abu dapur dan garam, akan segera dibuang atau dilarung ke laut setelah si bayi dimandikan. Hal ini dimaksudkan supaya 'Sumangè' atau jiwa si bayi kelak akan menjadi jiwa yang kuat dan mampu menjadi pencari nafkah untuk keluarga. Lain halnya untuk ari-ari seorang bayi perempuan yang tidak dibuang atau dilarung ke laut, ari-ari seorang bayi perempuan akan di tanam di pekarangan rumah, agar kelak si bayi akan menjadi seorang ibu rumah tangga yang mampu menjaga dan memelihara keluarganya. Sisa ari-ari yang menempel di pusar bayi akan disimpan setelah mengering dan lepas dari pusar bayi. Sisa ari-ari ini akan dijadikan obat bagi si bayi jikat menderita sakit. Sepertinya hal ini sangat mustahil, bagaimana sisa ari-ari yang telah mengering dan dengan cara direndam kedalam air kemudian diminumkan ke bayi dapat menyembuhkan penyakitnya. Sisa ari-ari ini oleh orang-orang Bugis di Desa Labuhan Mapin dipercaya menyimpan energi 'Sumangè' yang dapat menyuplai kembali jiwa si bayi dengan 'Sumangè' yang baru jika si bayi sakit. Sisa ari-ari ini dapat dipergunakan sampai si bayi beranjak besar.

Dalam ilmu kedokteran telah ditemukan bukti bahwa ari-ari bayi yang baru dilahirkan mengandung berbagai enzim yang sangat membantu dalam peningkatan metabolisme tubuh. Dewasa ini dunia kedokteran telah membuat Bank yang dapat menyimpan ari-ari bayi yang baru dilahirkan. Ari-ari ini dapat dipergunakan sebagai obat atau antibody untuk berbagai penyakit, dan dapat dipergunakan untuk si bayi kelak atau oleh semua anggota keluarga yang berhubungan darah langsung dengan si bayi. Tradisi ini telah diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Dan saat ini walaupun era modernisasi telah berkembang, orang-orang Bugis yang ada di Desa Labuhan Mapin masih tetap mempertahankan tradisi ini. Karena kebudayaan bangsa kita yang berakar dari warisan budaya animisme, sampai sekarang masih banyak kita temukan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Disini akan kita bahas sebuah pengaruh budaya animisme yang masih sering ditemukan dalam kehidupan keseharian etnis Bugis Sumbawa di Desa Labuhan Mapin Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa.

Jika seseorang sakit dengan tiba-tiba maka dikatakan orang itu telah ditegur dan Sumangè-nya telah ditahan oleh sebuah roh atau penunggu sebuah tempat angker. Keadaan ini oleh orang-orang Bugis Sumbawa disebut 'Ampa-amparanèng', yang membuat Sumangè seseorang terkejut dan sakit yang diakibatkan oleh teguran diatas. Seseorang akan ditegur dan Sumangè-nya akan ditahan sementara oleh roh yang diyakini sebagai roh leluhur dikarenakan orang tersebut telah berbuat sebuah kealpaan seperti tidak menghormati keberadaan roh leluhur dan orang-orang Bugis biasa menyebutnya dengan 'Tamatoa Riolo' atau keluarga si sakit pernah bernazar untuk roh leluhur dan belum menepati nazarnya itu. Seseorang juga akan tiba-tiba mengalami sakit jika mendatangi sebuah tempat angker yang berpenghuni roh halus yang dalam bahasa Bugis disebut 'Fakkondroang' dengan cara yang sembarangan tanpa membawa sesaji atau juga melanggar suatu wilayah yang dianggap pantang didatangi. Hal inilah yang dipercaya membuat roh menjadi marah. Ada juga kasus santet seperti di Jawa dan orang-orang Bugis di Desa Labuhan Mapin biasa menyebutnya dengan 'Guna-guna' atau 'Fattikkèng'. Orang yang terkena guna-guna ini berarti telah 'Difakènnai' oleh seseorang yang sedang atau pernah disakiti oleh si sakit atau juga karena cemburu. Dan untuk kesembuhan orang yang tiba-tiba sakit itu, maka akan dipanggil seorang 'Sandro' atau dukun untuk memohon kepada roh leluhur atau roh penunggu sebuah tempat angker yang telah menegur si sakit untuk memaafkan semua kealpaan dan kecerobohan yang telah dilakukan oleh si sakit dan segera memulihkan Sumangè si sakit dari keterkejutannya atau dari gangguan guna-guna. Bagian pertama yang akan dilakukan oleh seorang sandro dalam mengadakan ritual penyembuhan ini adalah 'Mangguji' atau mendeteksi si sakit apakah benar Sumangè atau jiwanya telah Ampa-amparanèng atau telah Difakènnai. Setelah yakin bahwa si sakit memang telah mendapat teguran dari sebuah roh, seorang Sandro akan mulai melakukan tahap pengobatan dengan memberikan 'Jappi-jappi' atau mantera pada si sakit. Biasanya si sakit akan kesurupan oleh roh yang sedang marah atau kelakuannya menjadi berubah dari tenang menjadi gusar atau pemarah atau berkelakuan aneh. Adakalanya si sakit bisa berubah raut muka dan suaranya. Disini seorang Sandro akan menjadi mediator antara si sakit dengan roh yang marah ataupun roh halus yang telah mengganggu. Pada bagian ini kadangkala seorang Sandro akan melakukan komunikasi atau berinteraksi dengan roh yang bersangkutan dalam bahasa yang kadang kita tidak mengerti. Melalui komunikasi atau interaksi ini, biasanya roh akan menjelaskan sebab akibat bagaimana si sakit melakukan sebuah kealpaan atau pelanggaran yang telah diperbuat, ini jika roh yang merasuki si sakit adalah roh leluhur atau roh halus penunggu sebuah tempat angker atau keramat. Keluarga si sakit akan memohon pada Sandro yang diyakini telah berkomunikasi dengan roh, akan kesediaan roh untuk melepaskan si sakit serta mengembalikan sumangè si sakit dan berjanji akan melakukan ritual 'Mappalèppè' jika si sakit diberikan kesembuhan. Ritual Mappalèppè ini biasanya segera dilakukan jika yang bersangkutan sembuh dari sakitnya. Pada umumnya ritual ini dilakukan dengan membawa sesaji ke tempat Sandro yang telah melakukan ritual penyembuhan, tetapi ada juga sebagian masyarakat yang melakukan ritual Mappalèppè ini dengan melarung sesaji ke laut atau membawa sesaji ke tempat-tempat yang diyakini keramat seperti pohon tua dan kuburan, tempat roh yang dimaksud bersemayam. Hal ini dilakukan supaya roh yang bersangkutan tidak mengganggu atau menahan kembali sumangè si sakit. Apabila sakit yang di derita seseorang disebabkan oleh guna-guna atau fattikèng,

Seorang Sandro yang mampu menjadi mediator bagi masyarakat dengan sebuah roh, sangatlah berperan dalam segala hal. Masyarakat Desa Labuhan Mapin masih percaya akan jasa seorang Sandro. Selain pengobatan, seorang Sandro bisa juga dimintai bantuannya untuk memprediksi. Contohnya jika ada seseorang yang mengalami kehilangan atau kemalingan, seorang Sandro bisa membantu 'Disuro mita' dan 'Mapputarà' untuk mendeteksi dimana benda atau barang yang hilang itu berada atau jika kemalingan, seorang Sandro mampu membuat si maling mengembalikan barang yang telah dicurinya dengan ancaman si maling akan mengalami suatu kecelakaan. Pada umumnya seorang Sandro akan memberikan ancaman penyakit yang bisa membuat pelaku pencurian perutnya akan membesar.

Jika seseorang meninggal dipercaya Sumangènya akan tertinggal sementara dirumahnya. Maka apabila jenazahnya sudah dikuburkan, pengantar jenazah dan keluarga terdekat almarhum akan mengambil kerikil atau batu diareal pekuburan untuk dibawa pulang dan digunakan untuk melempar rumah almarhum setibanya di desa. Pelemparan ini dimaksudkan supaya Sumangè almarhum yang tertinggal di rumah segera menyusul ke kuburan agar tidak mengganggu penghuni rumah atau keluarga yang masih hidup. Malam harinya setelah jenazah dikuburkan akan dilakukan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an di rumah untuk menenangkan Sumangè almarhum di alam barzakh dan setelah pembacaan Al-Qur'an selesai biasanya anggota keluarga akan melakukan tebak-tebakan supaya Sumangè almarhum tidak bisa kembali ke rumah karena keriuhan yang terjadi karena akibat dari tebak-tebakan ini. Pada dasarnya tebak-tebakan ini dilakukan hanya untuk menghibur anggota keluarga yang sedang bersedih karena ditinggal.

Di Desa Labuhan Mapin saat ini masih banyak orang-orang Bugis yang percaya akan keberadaan roh. Dan roh ini dipercaya bisa mendatangkan kebaikan dan juga bisa mendatangkan malapetaka. Adapun roh yang bisa mendatangkan kebaikan adalah roh-roh leluhur yang sewaktu hidupnya merupakan orang-orang yang mempunyai kekuatan atau kharisma. Adapun roh yang mendatangkan malapetaka adalah roh-roh yang dipercaya memiliki hubungan dengan setan atau roh orang yang semasa hidupnya selalu melakukan kejahatan atau mempunyai hubungan dengan setan seperti seorang tukang sihir atau orang yang menganut sebuah ilmu hitam. Dalam kepercayaan orang-orang Bugis ada banyak roh-roh yang seperti 'Farakang', kata ini dalam etnis Bugis adalah seseorang yang menganut ilmu hitam yang suka 'memakan' korban yang sedang sakit atau wanita hamil dan bayi. Farakang atau di Bali disebut Leak adalah sejenis ilmu hitam yang sangat jahat. Dimana Sumangè pelakunya yang telah berkolaborasi dengan setan akan mengalami fase entrance yang bisa membuat pelakunya tidak sadar akan apa yang dilakukan dan konon bisa berubah wujud menjadi seekor binatang. Ilmu hitam ini konon didapatkan pelakunya tanpa sadar, dan ada banyak motif tentang bagaimana seseorang bisa menjadi Farakang. Motif pertama adalah pesugihan, karena ingin menambah kekayaan atau memajukan sebuah usaha. Motif kedua adalah pengasihan, karena ingin terlihat oleh orang lain sebagai pribadi yang sangat sempurna. Dan yang terakhir motifnya adalah keturunan, kabarnya orang yang menganut ilmu Farakang ini akan susah jika menghadapi sakaratul maut jika belum menurunkan ilmunya pada salah seorang keturunannya. Karena malaikat pencabut nyawa enggan mengambil Sumangè-nya yang masih diboncengi oleh setan. Dengan beberapa motif diatas sebenarnya seseorang sadar dengan konsekuensi yang akan ditimbulkan dari apa yang mereka lakukan, tetapi jika nurani telah dikalahkan oleh hawa nafsu semuanya akan tampak berbeda. Selain Farakang ada lagi ilmu hitam yang bisa membuat Sumangè seseorang bisa dipengaruhi oleh setan yaitu 'Fattiro Kanjà'. Jenis ilmu hitam ini hampir sama dengan jenis ilmu Farakang, yang membedakan hanya cara mendapatkan ilmu ini saja. Jika dalam ilmu farakang, seseorang terkadang tidak menyadari telah menerima ilmu hitam tersebut. Sedangkan dalam ilmu Fattiro Kanjà, seseorang harus benar-benar mendalami ilmu ini. Pada dasarnya ilmu hitam jenis ini, khusus untuk pesugihan dan memerlukan sebuah tumbal. Orang-orang Bugis di Desa Labuhan Mapin beranggapan jika seseorang tiba-tiba meningkat, contohnya sebuah usaha dagang, hasil tangkapan laut, atau hasil kebunnya dan tiba-tiba ada anggota keluarganya yang meninggal secara tidak wajar. Maka orang ini akan dianggap telah mengamalkan ilmu Fattiro Kanjà. Dalam ilmu Farakang, penganut ilmu bisa merugikan orang lain dengan jalan 'memakan' korbannya, tetapi Fattiro Kanjà tidak demikian. Ilmu ini hanya membutuhkan tumbal dari keluarga penganut ilmu ini sendiri.

Orang-orang Bugis di Desa Labuhan Mapin banyak terpengaruh oleh budaya etnik Sumbawa dalam hal menjelaskan berbagai jenis penyakit. Dalam hal ini jasa seorang sandro seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya sangat diperlukan. Akan tetapi fungsi sandro pada bab ini hanya bersifat jasmaniah dan tidak bersifat spiritual atau bersifat gaib. Sandro disini berfungsi seperti seorang tabib yang bertugas menyembuhkan sakit fisik dengan menggunakan obat-obatan tradisional atau juga dengan menggunakan keahlian yang telah diwariskan turun temurun. Ada banyak jenis penyakit yang bisa diobati tanpa harus menggunakan pengobatan modern. Salah satu contohnya adalah 'Nyaru' nama penyakit ini diambil dari bahasa Sumbawa, orang-orang Bugis yang ada di Sulawesi Selatan penyakit ini disebut dengan 'Arahusèng' atau 'Faddahu'. Penyebab penyakit ini adalah pembekuan otot dan pembuluh darah kecil akibat tegang atau karena badan terlalu lelah. Penyakit ini akan menyebabkan anggota tubuh tertentu seseorang menjadi kaku dan sakit jika digerakkan. Seorang sandro akan selalu mendeteksi penyakit yang diderita seorang pasien untuk memastikan penyakit apa yang diderita oleh pasien. Dalam mengobati Nyaru ini seorang sandro akan mendeteksi penyakit ini dengan menggunakan sehelai daun sirih atau jika tidak ada daun sirih, seorang sandro biasa menggunakan daun buah Sirsak Belanda. Daun sirih atau daun buah sirsak Belanda ini dipilih yang masih muda, kemudian diusapkan perlahan pada anggota badan yang sakit. Jika dalam pengusapan daun sirih atau daun sirsak Belanda ini tersendat dan jika dipaksakan untuk diusapkan pada anggota badan yang sakit maka kedua jenis daun tersebut menjadi sobek, maka dipastikan si sakit menderita Nyaru. Untuk mengobatinya seorang dukun atau sandro akan meramu obat yang terdiri dari daun sirih yang masih muda satu atau dua helai tergantung dari banyaknya anggota badan yang sakit, gambir, buah pinang dan kapur sirih. Campuran gambir, buah pinang dan kapur sirih ini dibungkus menggunakan daun sirih, kemudian dikunyah oleh sandro atau seseorang. Setelah ramuan ini lumat oleh kunyahan, ramuan ini langsung disemburkan pada anggota badan yang sakit. Apabila ramuan diatas tidak ada, penyakit Nyaru ini bisa diobati hanya dengan menggunakan coretan-coretan pada anggota badan yang sakit dengan menggunakan kapur sirih. Orang yang menderita Nyaru ini biasanya dilarang mandi dengan menggunakan air dingin, karena bisa mengkibatkan 'Natèndrè nyaru' atau Nyaru ini akan tetap bertahan pada anggota badan yang sakit dan menjadi akut.

Jika melihat cara pengobatan diatas yang agak kotor atau mungkin terlihat jorok karena ramuan yang dikunyah dan kemudian disemburkan langsung melalui mulut seorang sandro, pasti seseorang yang menderita Nyaru ini akan enggan diobati dengan cara tersebut dan memilih cara pengobatan kedua yang menggunakan media coretan kapur sirih. Akan tetapi cara ini dianggap kurang manjur, karena seorang sandro yang dianggap mempunyai kekuatan

Kumpulan Puisi Herry Bengkast Situru'

AKU JATUH CINTA PADA CINTA

Aku telah jatuh cinta pada matamu,
Cemerlang bersinar selalu dipenuhi kebeningan hidup,
Sebuah kebeningan yang selama ini aku cari,
Dalam keruhnya pusaran hari-hariku…

Aku telah jatuh cinta pada bibirmu,
Segar merekah selalu dipenuhi kesejukan hidup,
Sebuah kesejukan yang mungkin selama ini aku mimpikan,
Dalam gersangnya padang kalbuku…

Aku telah jatuh cinta pada suaramu,
Berirama mendayu selalu dipenuhi kemerduan hidup,
Sebuah kemerduan yang mungkin selama ini aku harapkan,
Dalam hangar-bingarnya pemberontakan batinku…

Aku telah jatuh cinta pada rambutmu,
Halus tergerai panjang selalu dipenuhi kelembutan hidup,
Sebuah kelembutan yang mungkin selama ini aku idamkan,
Dalam kerasnya perjalanan jiwaku…

Aku telah jatuh cinta pada cintamu,
Karena cintamu membuat aku mengerti akan arti hidup yang selama ini aku abaikan,
Karena cintamu membuat aku lebur dalam keagungan kasih yang selama ini aku ingkari...

Aku telah jatuh cinta pada cintamu,
Jatuh cinta pada cinta yang sesungguhnya,
Jatuh cinta pada cinta yang telah Tuhan anugerahkan,
Untuk aku, kamu dan semua manusia dimuka bumi…

(Sunda Kelapa, 14 Februari 2009 / Happy Valentine Day)

Kumpulan Puisi Herry Bengkast Situru'

“ H I L A N G ”

Separuh jiwaku hilang bersamamu, Aida;
Hilang dalam pusaran bayang jelitamu, pada jingga matahari senja;
Aku rapuh serapuh rumah rayap, layu bak bunga sedap malam yang mekar kesiangan;

Embusan desah nafasmu telah melelehkan sebagian citra diriku, Aida;
Leleh dalam gelora lava asmara yang tersembur dari geletar-geletar rinduku nan menggugu;
Mengaliri semua relung-relung renik jagad raya tubuhku;

Biarkan sekejap aku berasyik-masyuk, Aida;
Mencumbu setubuh khayalmu, menikmati aliran-aliran birahi rindu yang kerap menggerogoti semua vena darahku;
Birahi rindu yang akan mengobati kecanduaanku pada bayang waktu lalu mu;

Waktu yang terekam jelas dalam pita-pita syaraf jenuhku, Aida;
Jenuhku bak riak ombak di lautan, bergulung abadi melumat bibir pantai yang selalu terbentang pasrah;
Sebuah kepasrahan tulus dari seorang kembara yang hilang arah;

Kembara itu adalah aku, Aida;
Aku yang mungkin tak pernah lintas dalam benak jelitamu;
Aku yang mungkin tak pernah lalu dalam kilasan mimpi indahmu;

Dan engkaulah arah itu, Aida;
Arah yang telah aku patri dalam lusuh peta jiwaku;
Untuk sebuah tujuan asa, dimana aku akan lelap bersama beribu keping pesona bayang dirimu;

Separuh jiwaku hilang bersamamu, Aida;
Hilang bersama pusaran bayang jelitamu, pada jingga matahai senja…

(Pontianak, 02 April 2009)

AKHLAQ ALLAH

" Saya tidak faham. Kang Soleh, saya tidak mudeng, apa yang dimaksud dengan hadist Nabi, "Berakhlaqlah dengan akhlaq Allah". Saya benar-benar tidak ngeh !" tanya Dulkamdi pada Kang Soleh.
Kang Soleh tidak menjawab. Ia angguk-anggukan lututnya sembari menikmati lagu-lagu di radio subuh itu. Asap rokoknya terus mengepul, sementara bibirnya kadang menyunggingkan sebuah senyum.
Dulkamdi terus penasaran, tapi ia tidak mau bertanya lagi, menunggu jawaban Kang Soleh. Sementara Pardi terus melototi arah Kang Soleh, siapa tahu ada pandangan gemulai yang bisa mencerahkan jiwanya. Dan nyatanya cukup lama Kang Soleh tidak menjawab. Ia nikmati betul lagu di radio pagi itu. begitu selesai lagu indah itu, baru ia bicara. "Allah menggesekkan biola semesta jagad raya ini, kamu sekalian yang menghayatinya. Itulah simpulan dari hadist Nabi SAW itu. "
" Bukannya kita membuat miniatur biola Tuhan, lalu kita ikut
menggeseknya, Kang ?" potong Pardi.
Kang Soleh hanya tersenyum. " Kalau kamu seperti itu, kamu akan terlempar ke lembah eksistensialisme, dan akhirnya kamu bisa menandingi Tuhan, minimal dirimu sendiri bisa menjadi penghalang bagi hubunganmu dengan Tuhan, karena keakuanmu akan tampak sebagai sosok hijab dirimu sendiri.
Semua yang ada di kedai Cak San terkaget sejenak. Tapi masuk akallah apa yang dikatakan Kang Soleh.
" Wah, jadi salah dong Kang Soleh, apa yang saya fahami hingga saat ini. Sebab, berakhlaqlah dengan akhlaq Allah, menurut pemahaman saya, ya... kita meniru Allah, kita mengidentikkan diri dengan Allah, kita prototipe Allah di muka bumi. Saya membaca beberapa pandangan pemikir Islam, filosuf muslim juga begitu, lho...Kang. Jadi pandangan Kang Soleh membuat saya jadi gemetar. Pasalnya, pandangan ini bisa lebih revolusioner.." ungkap Dulmajid, seorang mahasiswa filsafat yang jadi kutu buku, kebetulan sedang liburan kampus, pulang kampung.
" Nah... nah... nah.... ! Saya kira juga lho Kang, praktiknya bagaimana sih ?" sela Pardi.
" Praktiknya yang seperti dalam tarekat sufi itu. Bagaimana kamu menghayati apa yang disebut dengan fana', lalu pertama kali kamu fana' pada Asma' Ilahi, lalu Af'al dari Sifat Ilahi, baru fana' pada Zat Ilahi. Tapi hati-hati, ketika kamu berkontemplasi tentang fana', kamu jangan terjebak pandangan seperti si Dulmajid tentang akhlaq Allah itu. "
" Kongkritnya... Kang, Kongkritnya...!"
" Begini saja, ketika kamu menyelami Asma Allah Yang Maha Lembut ( Al-Lathif ) misalnya, bukannya kamu berlembut-lembut diri. Tetapi Kemahalembutan Allah itu yang menghaguskan seluruh kemahakasaranmu, sehingga engkau sirna disana, engkau hanya seorang hamba yang fana. Bukan hamba yang mengaku-aku bisa lembut, bisa ini dan bisa itu, bisa begini dan bisa begitu dengan alasan meniru Allah. Bukan ! Misalnya lagi, ketika engkau mendengar Nama Allah Yang Maha Kuasa, maka dalam dirimu harus bersih dari apapun yang disebut kekuasaan. Kalau Allah Maha Kaya, maka dalam dirimu harus penuh dengan maha kemiskinan. Begitu seterusnya. Maka, Kyai Mursyid kan selalu membimbing hati kita agar kita tidak terjebur dalam tipu daya akal dan fikiran kita yang sering dikipasi setan itu. "
Lagu di radio pun mengalun kembali. Lagunya terasa lembut.
" Nah..... mari kita hayati lagu dan musik itu. Jangan dilihat siapa yang bernyanyi, jangan pula melihat bagaimana syair dalam lagu itu. Dengarkan musik itu sebagai suatu bunyi, dan simaklah syair sebagai kata-kata saja. Selebihnya, nyanyikan Asma'-asma' Ilahi dalam konser ruhani di hatimu. Sebab di hatimu juga ada suara biola, di jiwamu ada suara kemerduan nada, di kalbumu ada kamar yang penuh dengan drum dan akustik, di bilikmu ada seruling dan gitar. Bunyikan bersama dalam konser zikir yang sesungguhnya. Bukan zikir dalam musik, karena sesungguhnya tidak ada yang namanya musik zikir itu, " ungkap Kang Soleh mirip orasi di depan seniman-seniman yang sok Islami, tetapi hatinya tidak pernah bernyanyi dalam tarian bidadari dan bunyi - bunyi tasbih.

AKU DAN RENJANA

Aku menatap matahari senja yang membiaskan warna jingga diatas hamparan jalanan beraspal, ketika terlintas seraut wajah manis dalam memori otak tuaku. Seraut wajah yang pernah begitu lekat dalam hari-hariku, seraut wajah yang dulu selalu muncul dalam setiap mata mimpiku jika kantuk menyerang, seraut wajah yang mungkin hampir setiap detik selalu memenuhi denyut jagad raya jiwaku, dahulu berpuluh tahun yang lalu.
“Masih ingat aku, Han?!?!”, ceracau tanyamu ditelepon selular ku suatu ketika.
Aku terkejut dan hampir tidak percaya dengan pendengaranku kala itu, setelah kamu mengulang tanya yang sama, baru aku percaya, ternyata ceracau tanya itu, benar suaramu.
“Dua puluh tahun Aida??? Kamu tahu nomer teleponku dari siapa???”, aku bertanya balik padamu.
Tapi kamu tidak menjawab tanyaku, hanya desah napas mu yang terdengar, lama kamu terdiam, desah napas mu semakin jelas terdengar dari teleponku, yang membuat memori benakku seperti teraduk-aduk, untuk kembali mengingat kejadian silam, ketika desah napas mu menciptakan geletar-geletar aneh diseluruh jagad raya tubuh muda ku. Aku tak begitu ingat, ketika geletar-geletar aneh itu mendesak semua rasa dalam jagad raya tubuhku untuk melakukan kama itu. Yang aku ingat hanya tubuh telanjangku mendekap erat setubuh indahmu yang diguncang isak pelan dibawah kusut selimut bernoda.
“Maafkan aku Aida, aku mencintaimu...”, bisikku mencoba mendamaikan hatimu setelah kama itu terjadi.
Kala itu aku berjanji padamu bahwa aku akan mempertanggu-jawabkan kama yang telah aku lakukan tersebut, aku berjanji dengan hati kecilku.
“Aku begitu merindukanmu, apa kau pernah merindukanku, Han???”, kembali ceracau tanyamu dan membuyarkan lamunanku.
Rindu...!!! kamu begitu merindukanku katamu, ahh.... benarkah kamu begitu merindukanku??? Dan apakah aku pernah merindukanmu tanyamu??? Kata-kata itu mungkin telah menguap bersama embun pagi yang telah diterpa panas mentarai bertahun-tahun lalu.
“Aida, aku sudah tidak punya hak lagi untuk merindukanmu..”, jawabku.
“Mengapa Han??? Apa kau masih marah?!?!”, tanyamu pelan.
Marah?!?!? Mungkin benar aku masih marah, marah akan keegoisan diriku, marah akan diriku yang telah membuat dirimu terkurung kama, marah akan diriku yang telah menjadi pecundang sejati.
“Kau memalukan trah keluarga, Burhan!!! Ayah malu beranak kau!!! Ayah tidak akan marah besar jika kau membuntingi seribu anak perawan orang, Han!!! Tapi kenapa musti anak perawan si Mursidan keparat itu yang kau buntingi, hah!!!!”, ayahku marah besar ketika aku mengatakan akan bertanggung-jawab terhadap kama yang telah aku lakukan padamu, Aida.
Ayahku adalah musuh besar Abimu Aida, mereka berseteru abadi walaupun mereka bersaudara kandung, hubungan darah mereka terputus hanya karena masalah warisan yang mereka perebutkan.
“Han, apa yang kau harap dariku, kau tahukan jika paman dan abiku bermusuhan??? mereka sama-sama keras, Han..”, katamu ketika ketika pertama kali aku menyatakan cinta padamu.
Tetapi cintalah yang menyatukan kijadita, Aida... walau cinta kita musti bersembunyi dari semua, hingga kama itu terjadi. Kama yang yang membuat perseteruan abadi Ayahku dan Abimu menuai babak baru yang sangat riskan.. Aku ingat ketika harus memilih antar keinginan ayahku agar aku pergi meninggalkan rumah atau tetap tinggal tetapi harus menikahi perempuan lain. Dan aku tidak punya pilihan lain kala itu, Aida,

KU TUNGGU KALIAN DI LAPANGAN KONI

Kejadian ini terjadi ketika aku dan komplotanku (aku, ampeng, Thuang dan Ithink) masih bergelut dalam dunia per-indekos-an. Ada dua orang teman kosan yang masih bersaudara, nama mereka Awing dan Adi. Pada dasarnya mereka baik, tapi kami mencap mereka itu pelit markedit. Sebenarnya cap pelit markedit tidak sepenuhnya sifat asli Awing dan Adi, tapi mungkin karena pola hidup mereka yang selalu hidup berhemat dan memiliki manajemen bagus dalam dunia per-indekost-an yang membuat kami berprasangka sirik pada mereka. Karena dalam dunia per-indekos-an, aku dan komplotanku memakai ideologi “jika ada, sikat habis”, hidup boros dan selalu mendahulukan kepentingan perut. Ideologi “jika ada, sikat habis” membuat kami selalu kekurangan asupan gizi dan penyakit kanker akut jika memasuki tanggal-tanggal pertengahan bulan, atau kami bisa menyebut keadaan tersebut dengan status “hari-hari kritis”. Padahal pada saat-saat itu kiriman jatah bulanan dari kampung akan ngambek sampai dan baru akan kembali ceria pada awal bulan berikutnya. Maka pada saat kami dilanda “hari-hari kritis”, kami pasti akan selalu hidup prihatin dengan mengandalkan jurus untuk bertahan hidup di rimba per-indekos-an. Jurus andalan yang pertama yaitu ngutang di warung ibu kosan sambil pasang tampang memelas layaknya gelandangan yang gak penah makan dalam setahun atau dengan jurus andalan yang kedua yaitu dengan sowan ke rumah teman-teman sekolah pada saat-saat jam makan, mulai dari breakfast trus lunch hingga dinner.


Suatu hari, ketika kami sedang dalam keadaan status “hari-hari kritis”, saking kritisnya sampai kami terkena busung lapar stadium satu. Keadaan kami benar-benar kritis, asli lho!!! Karena ibu kosan lagi mudik jenguk keluarganya yang sedang ada hajatan di tanah Jawa, jadi warungnya tidak buka sehingga jurus andalan pertama kami lumpuh total. Sementara untuk jurus andalan yang kedua, hari itu alam raya tidak mendukung kami, hujan yang lebat menghalangi kami, kami tidak dapat sowan kerumah teman-teman sekolah karena kami termasuk dalam jenis manusia yang fobia terhadap air (salah satu jenis penyakit anak kosan yang menganut ilmu “mandi jarang, parfum dibanyakin”). Pendek kata hari itu adalah hari ternahas dalam dunia per-indekos-an kami. Ketika kami sedang dalam keadaan menderita dan bertarung antara hidup dan mati untuk melawan busung lapar stadium satu karena efek keadaan status “hari-hari kritis”, tiba-tiba malaikat jahat yang hari itu juga ikut hanyut dalam penderitaan dan pertarungan kami, membisikkan suatu ide yang sangat brilian. Tanpa dikomando, kami pun langsung saling menatap dan tersenyum licik sambil manggut-manggut, secara berjamaah kami sepakat untuk membobol kamar Awing dan Adi yang sedang tidak ada di tempat. Dalam pikiran licik kami, tindakan ini kami ambil untuk penyelamatan umat manusia dalam kepunahan karena urusan perut yang kronis dan tidak dapat ditangguhkan lagi serta itung-itung buat ngerjain ke-pelit markedit-an mereka (benar-benar licik kan, hehehehe….). Dan kami juga tahu dengan pasti jika didalam kamar mereka, segala apa yang kami butuhkan untuk mengakhiri penderitaan efek dari status “hari-hari kritis” kami, sangat amat berlimpah ruah disitu. Karena di kampung, keluarga Awing dan Adi punya toko kelontongan dan sembako. Dan karena mereka bisa hidup hemat di dunia per-indekos-an, maka mereka selalu memiliki stok pangan yang banyak dikamar mereka dan itu menyebabkan mereka tidak pernah sekalipun merasakan efek keadaan status “hari-hari kritis” kami. Setelah bersidang kilat dan mengatur perencaaan secermat mungkin, maka aksi pembobolan kamar itupun kami laksanakan. Kebetulan kamar yang ditempati Awing dan Adi memiliki pintu penghubung ke kamar yang kami tempati. Maka kami pun meminjam kunci pintu penghubung tersebut pada bapak kosan yang tidak diajak mudik oleh ibu kosan ke tanah Jawa, dengan dalih mau mengambil buku yang tertinggal didalam kamar Awing dan Adi. Dengan sedikit usaha keras dan keringat mengucur pelan karena bersusah-ria mendorong pintu penghubung yang tergencet ranjang dan harta benda Awing dan Adi, kami pun berhasil membuka pintu penghubung tersebut walau bukaannya hanya cukup untuk melintas buat satu orang.


Dan diantara kami berempat hanya aku yang bertubuh agak kecil (very long-long time ago, I miss my body…hiks..hiks..hiks) maka aku pun didapuk menjadi sang eksekutor pembobolan kamar tersebut. Dengan merapal ajian ilmu kanuragan “belut menyusup”, aku sukses menyeberang ke kamar Awing dan Adi tanpa halangan yang berarti. Sedang anggota komplotanku yang tiga orang lagi, juga berbagi bertugas, Thuang yang jago ngiler bertugas sebagai telek sandi alis mata-mata dengan tatapan tajam mengawasi gang jalan masuk kosan sambil nongkrong didepan warung ibu kosan, takut jika tiba-tiba Awing dan Adi muncul. Ampeng yang paling tua diantara kami bertugas mengawasi gerak-gerik bapak kosan yang sedang memberi makan pasukan kucing kampungnya dan terlihat mulai mencurigai tingkah kami. Sementara si Ithink bertugas sebagai porter untuk memindahkan barang-barang yang telah berhasil aku jarah dari kamar Awing dan Adi. Dengan dukungan langit yang sedang menumpahkan berjuta-juta galon airnya, aksi perdana atas pembobolan kamar tersebut terbilang sukses besar. Bayangkan saja, barang-barang yang aku jarah bukan hanya berkisar pada barang untuk program penyembuhan busung lapar stadium satu kami, tapi korek kuping, batu baterai, bedak bayi, pembalut wanita, kapur barus, ember plastik, paku payung, racun tikus, pensil, kertas karbon, deterjen, bumbu dapur, obat diare, sandal jepit, kaos kaki, buku tulis, kertas kado, sikat gigi hingga lotion anti nyamuk dan minyak cengceman buat rambut aku sikat semua tanpa kompromi (ini kamar kosan atau toko kelontongan sih?!?!).


Kesuksesan besar itupun kami rayakan dengan gegap gempita yang meluap-luap sambil berpesta kopi susu jahe hangat plus biskuit cokelat rasa nanas (biskuit yang aneh yaa…hehehehe), membuat busung lapar stadium satu kami tersenyum bahagia sambil menari-nari diiringi tepukan dan siulan merdu si malaikat jahat yang tak henti-hentinya tersenyum sumringah melihat realisasi rencananya kepada kami berhasil tepat guna. Seiring dengan semangat kemenangan kami, cuaca alam raya pun kembali cerah. Ketika kami telah terkapar kekenyangan, si malikat jahat pun pamit mundur dengan mengucap “hasta la vista bibeh, see you all next time yeaahhh..”. Aksi perdana pembobolan kamar yang sukses besar itu membuat kami berempat menjadi ketagihan untuk kembali dan kembali melakukannya lagi. Mulai saat itu kami merasa tidak perlu takut lagi akan efek dari status “hari-hari kritis” kami, karena kebutuhan akan paceklik di pertengahan bulan kami telah terpenuhi dengan intensitas penjarahan kami yang sepertinya mulai dahsyat, bombastis, spektakuler dan heboh. Dan kami juga tidak melihat adanya indikasi dari Awing dan Adi jika mereka kecolongan barang-barang logistik. Tapi hukum alam pasti terjadi, dan pepatah “sepandai-pandainya tupai meloncat pasti akhirnya akan jatuh juga” ternyata berlaku pada kami.


Ceritanya begini, di suatu sore yang cerah ketika kami menjarah kamar Awing dan Adi, aku yang selalu menjadi sang eksekutor tertangkap basah kuyup sampai lepek ketika sedang bergerilya didalam kamar mereka oleh Awing yang tiba-tiba muncul bagai hantu di cerita misteri dengan langsung berdiri gagah diambang pintu kamarnya. Namun Awing yang termasuk salah satu jenis manusia yang cinta damai dan selalu memendam rasa dihati dengan wajah dingin bak pembunuh bayaran di film-film mafia bollywood hanya diam dan seolah-olah tidak melihat kehadiranku disitu, aku yang tertangkap basah serta kaget langsung tidak percaya dengan apa yang terjadi, dan langsung pasang tampang “innocent baby” dengan berpura-pura merangkak keluar kamar seperti bayi yang baru berumur tujuh bulan (mungkin lebih tepatnya aku merangkak keluar kamar seperti babi ngepet, hehehehe...), namun Awing yang makin eksis dengan wajah dingin pembunuh bayarannya hanya membiarkan aku melenggang bayam eh kangkung keluar kamar dengan menggondol barang-barang jarahan yang berhasil aku ambil, tanpa berkata atau berteriak lancang “hei...bajingan tengik!!! Kembalikan semua barang-barang yang telah kau jarah dari kamarku ini..!!!”.

SERIAL GUE & INOY

TATTOO ~ permitted thing or forbidden thing ??

"wuuiiihh, kereenn...!!!", teriak Inoy suatu sore di depan televisi.
"kenapa noy, apaan yg keren??", tanya gue.
"tora sudiro, bang!!", jawab Inoy sambil menunjuk televisi.
"owalah, masih kerenan abang Zach, noy...", potong gue.
"bukan wajahnya tapi tatonya itu lho bang, yang keren, besok Inoy mau bikin tato juga..."
kemudian Inoy manggut-manggut, melipat tangan kirinya didada sedang tangan kanannya memegang dagu.. (baca : mungkin Inoy sedang berpikir bagian tubuhnya yang sebelah mana akan ditatonya kelak).
"gak boleh noy, tato itu gak boleh!!!" kata gue.
"kata siapa bang!! Tato itu gak boleh?!?!", potong Inoy.
"ya kata abang, tato itu kotor, noy!!! Sholat kita gak sah kalo kita punya tato", jelas gue.
"teori abang gak valid!!! Inoy mau tanya ke abang, yang buat tato itu siapa??", tanya Inoy sengit.
"jelas orang noy!!! gak mungkin kambing yang buat!!!", sepertinya emosi gue terpancing (baca : pengen banget ngejitak Inoy).
Inoy tersenyum ngelirik gue, dan sepertinya nih anak sedang merencanakan sesuatu...
Keinginan gue ngejitak Inoy langsung naik ke level dua (baca : ganti ngejewer Inoy), kali ini gue ngerasa bakal jadi bulan-bulananan dari teori-teori nyeleneh Inoy lagi.
Tiba-tiba...
"menurut abang, tato itu bisa buat sholat gak sah atau mungkin kalo kata Inoy lebih ekstrimnya sholat kita gak diterima Allah... Tapi sholat itu kan ibadah kita manusia, untuk komunikasi dengan Allah, menurut Inoy ini masalah hati, bagaimana pun bersihnya badan dan tempat kita sholat, tapi jika hati kita kotor, masih didiami banyak penyakit dengki, iri, sombong dan sebagainya maka sholat kita akan sia-sia... Jadi apa hebatnya sebuah tato yang notabene cuma hasil rajahan tangan manusia bisa membuat sholat seorang hamba yang dengan hati ikhlas ingin beribadah kepada-Nya?? Kesimpulannya menurut Inoy bahwa tato tidak membuat sholat seseorang menjadi tidak sah atau tidak diterima oleh Allah", terang Inoy.
"tapi bukan berarti Inoy menyarankan bang zach untuk ikut-ikutan bikin tato juga, lho.,.. Bagaimana menurut bang zach?!"
gue gak ngejawab pertanyaan Inoy, karena keburu ambruk ngedengar penjelasan dari Inoy...
Wallahualam Bissawab.

SERIAL GUE & INOY


GOD IS ONE PART V

"DUNIA INI PANGGUNG SANDIWARA..." (suara penyanyi gaek Ahmad Albar terdengar dari radio kecil mbok Inah di dapur)
Gue ngelihat mbok Inah yang sedang masak di pagi itu, jadi tersenyum...
"PERAN YANG KOCAK BIKIN KITA TERBAHAK-BAHAK...MENGAPA KITA BERSANDIWARAAA..." suara mbok Inah melengking menutupi suara Ahmad Albar dari radio..
Bunda yang juga berada di dapur membantu mbok Inah, kontan tertawa ngeliat kelakuan mbok Inah ini..
Begitu lagu selesai, mbok Inah berkata pada Bunda..
"Bu...lagu tadi pas betul sama keadaan kita ya!??"
"maksud mbok, pas bagaimana??" Bunda balik bertanya..
"maksud mbok... Lagu tadi benar kalo kita di dunia ini memang lagi bersandiwara Bu... Nah kita ini pemainnya, lakonnya ya kehidupan kita, tapi Bu..." mbok Inah tersenyum..
Gue yang sedari tadi memperhatikan mbok Inah, langsung memotong kata-kata mbok Inah..
"tapi kenapa mbok??"
"begini lho mas Zach, tapi kita ndak sama seperti pemain-pemain pilem atau sinetron yang di tipi itu..."
"ya jelas beda lha mbok, mereka kan artis.." potong gue, Bunda hanya tersenyum...
"tunggu dulu mas, mbok belum selesai... maksudnya ndak sama karena kita ini pemain yang ndak perlu susah-susah hapalin sekerip (baca: script) dari sutradara, mas... dan bayaran kita paling mahal kalo kita bisa main bagus, bisa kalah lho gaji artis yang di tipi-tipi itu...", lanjut mbok Inah.
"emang mbok tau bayaran kita sebagai pemain sandiwara dunia, berapa??" tanya gue penasaran.
"bayarannya ndak bisa dihitung pake uang, mas.. Tapi kata sutradaranya, kalo kontrak kita panjang dalam lakon kehidupan ini dan mainnya bagus kita dibuatkan pilla (baca:villa) yang bagus di surga... kan sutradaranya itu Gusti Allah, mas..." jelas mbok Inah sumringah...
"wah.. mbok Inah bisa aja ngomong kayak gitu!?!?", potong Bunda.
"bisa lha bu... kan ada yang ajarin mbok... tuh gurunya ada di belakang mas Zach.."
Bunda menoleh kebelakang gue....
Ternyata dibelakang gue ada Inoy yang masih mengenakan seragam malam bergambar spongebobnya, bersandar jumawa didinding dapur dengan jempol terangkat sambil manggut-manggut kearah mbok Inah yang tersenyum lebar...
Gue ama Bunda langsung saling lirik dengan kepala menggeleng.

SERIAL GUE & INOY


GOD IS ONE PART IV

Suatu hari Inoy bertanya pada gue...
"Bang Zach, mengapa Allah tidak membuat manusia di muka bumi ini jadi satu umat saja, menjadi beriman semua??"
"karena perbedaan itu sudah ketentuan Allah, dan itu mutlak, Noy..", jawab gue.
"mengapa perbedaan itu harus mutlak... Bang?? bukannya jika Allah menyatukan manusia di muka bumi ini, menjadi satu umat saja maka Allah tidak akan repot..", lanjut Inoy.
"Allah Maha Perkasa, Noy, Allah tidak akan repot dengan semua urusan yang ada di semesta ini, apalagi hanya untuk mengurus masalah keimanan umat manusia... Allah berfirman dalam Al-Qur'an surah al-Ma'idah ayat 48, yang artinya, Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang... Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu... Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan, hanya kepada Allah-lah kamu semuanya kembali lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.", jawabku sedikit berkhotbah pada Inoy.
"ooohh...begitu ya Bang!! Tapi bagaimana cara Allah menguji kita dengan pemberian-Nya itu, Bang Zach??", kembali Inoy bertanya.
"berlomba-lomba berbuat kebajikan, kan di Surah al-Ma'idah tadi udah dikatakan, Noy..!!" gue mulai meninggikan nada suara sebagai isyarat agar Inoy berhenti bertanya.
"aahh... ternyata, bang Zach, belum bisa menerima ujian dari Allah...", celetuk Inoy
"maksud kamu apa, Noy?!?!", sekarang giliran gue yang bertanya ke Inoy, penasaran...
"maksud Inoy, Bbang Zach belum layak menerima ujian dari Allah, karena, Inoy baru bertanya sedikit, bang Zach sudah terlihat gak sabar dan mulai emosi...", jawab Inoy tersenyum.
"abang ini manusia Noy, punya batas kesabaran dan emosi...", balas gue sekenanya.
"nah...disitulah ujian Allah yang sebenarnya, bagaimana kita manusia ini mengolah keterbatasan tersebut dan jika kita mampu mengolahnya, jangankan permintaan tanya dari Inoy, mungkin gunung pun bang Zach bisa pikul, karena hasil pengolahan keterbatasan kita sebagai manusia akan menghasilkan sikap Ikhlas dan itulah modal utama kita menjalani ujian dari Allah... gimana menurut bang Zach??, hehehe piss bro..", potong Inoy balik berkhotbah.
Lalu... Gue cuma bisa terbengong dengar penjelasan Inong...

SERIAL GUE & INOY


GOD IS ONE PART III

Ayah, bunda, mbok Inah, gue dan Inoy lagi ngumpul di ruang keluarga nonton berita sebuah kecelakaan pesawat terbang, menurut pembaca berita, sampai saat ini belum diketahui dimana posisi tepat pesawat terbang itu jatuh...
"owalaah...untung mbok Inah, ndak pernah naik pesawat terbang..", celetuk mbok Inah tiba-tiba.
"emang kenapa, mbok??", tanya gue.
"yaa ituu, coba mas Zach liat berita tipi, kasihan, udah kecelakaan, mayatne ndak juga diketemukan...", jawab mbok Inah sembari nunjuk ke televisi. (mbok Inah orang jawa, makanya kalo panggil gue pake sebutan mas).
Ayah, bunda dan gue kontan ketawa dengar komentar mbok Inah, cuma Inoy yang sepertinya gak terpengaruh ama komentar mbok Inah barusan.
Inoy tetap fokus ngikutin berita di televisi...(baca : gejala kesurupan ala Inoy), lalu...
"saudara-saudara sekalian, perlu Inoy ingat kan, bahwa kita tidak boleh takut akan kematian, karena mati, maut atau apapun sebutannya adalah milik Allah semata, hanya Allah yang berhak memegang rahasianya... jadi saudara-saudara sekalian tidak boleh mengatakan bahwa kematian itu menakutkan... Apapun penyebab kematian baik karena sakit, kecelakaan atau bahkan bunuh diri sekalipun semua itu terjadi atas kehendak Allah yang maha perkasa..", khotbah Inoy tiba-tiba.
Ayah, Bunda, Gue dan mbok Inah, serempak terdiam...
"gimana menurut, bunda, apa Inoy bisa lolos audisi pildacil???" tanya Inoy pada bunda.
Gue, ayah dan bunda saling pandang kebingungan... kalo mbok Inah malah geleng-geleng kepala trus manggut-manggut, kemudian...
"hidup mas Inoy!!! Mbok Inah bakal jadi pendukung mas Inoy deh...yesss!!!", seru mbok Inah sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Inong tersenyum sumringah, tapi ayah, bunda dan gue...?!?!?!?..

SERIAL GUE & INOY


GOD IS ONE PART I

Suatu pagi Inoy bertanya...
"bang... apa Tuhan punya ayah dan ibu???"
bukan hanya gak habis pikir, gue malah hampir pingsan dengar pertanyaan Inoy kali ini. Sudah melewati ambang batas kewajaran otak anak kecil level TK nol gede.
"Tuhan itu satu, Tuhan tidak punya ayah dan ibu", jawab gue ngutip sepotong terjemahan Surah Al-Ikhlas.
"tapi bang...?!" potong Inoy dengan nada sedikit protes.. "kalo Tuhan gak punya ayah dan ibu, terus siapa yang beri nama Allah pada Tuhan kita?? Seperti bang Zach dan Inoy punya nama karena ayah dan bunda yang buatkan nama?!?"
Gue tersudut babak belur dengan pertanyaan Inoy, makhluk imut dengan mata bulat beningnya ini, dah buat gue mati kutu, Knock Out telak, gak bisa ngejawab...

SERIAL GUE & INOY


EPISODE: PUNGLI FOREVER

Suatu hari Inoy bertanya pada gue, "bang, pungli itu artinya apa sihh??"...
Gue menatap Inoy, adik lelaki semata wayang gue, lucu, imut dengan mata bulat bening, baru naik level dari TK nol kecil ke TK nol gede... Gue gak abis pikir, darimana Inoy dapat wangsit kenapa tiba-tiba bisa nanya soal pungli ke gue?!..
"Pungli... kata ini terdiri dari dua suku kata yang masing-masing suku katanya merupakan singkatan dari sebuah kata... Suku kata pertama adalah 'Pung' kependekan dari kata Pungutan, kata ini berasal dari kata dasar pungut yang berarti mengambil sesuatu benda/barang yang posisinya berada dibawah atau lebih rendah dari posisi saat kita bediri... Suku kata yg kedua adalah 'Li' kependekan dari kata liar yg berarti bebas tak terkendali, suatu keadaan yg tidak terkontrol... Jadi jika kedua suku kata tersebut digabungkan akan menjadi sebuah kata pendek yg berbunyi 'PUNGLI' kependekat dari kata Pungutan Liar, yang berarti tindakan mengambil sesuatu dari tempat yang lebih rendah dengan cara yang tidak terkontrol... Jadi konotasi dari kata pungli itu tidak baik, buruk dan jahat... Contoh kongkrit dari pungli seperti aparat atau preman yang meminta uang keamanan sama pedagang di pasar dengan cara memaksa, pak rt yang minta uang pengurusan ktp namun memberatkan warganya, satpam komplek yang selalu minta uang 'pas masuk' sama kendaraan yang lewat, dan lain sebagainya...", jelas gue.
Inoy melongo, mata bulatnya memandang gue tanpa berkedip...
Mungkin dalam otak TK Inoy berkata, "penjelasan bang Zach, belum saatnya buat Inoy cerna...terlalu ribet!!"
Tapi setelah bosan melongo, Inoy berkata ke gue... "ooohh.. jadi begitu ya bang, artinya pungli!?!"
"betul... Nong!!!", jawab gue.
"berarti sama seperti waktu bang Zach minta uang jajan Inoy yang diberikan bunda, supaya Inoy bisa ikut bang Zach waktu ke rumahnya kak Sarah dong!!! Wah ternyata bang Zach pelaku pungli juga...", kata Inoy.
Sekarang gantian gue yang melongo, dengar kata-kata Inoy....

KU TUNGGU KALIAN DI LAPANGAN KONI

Kejadian ini terjadi ketika aku dan komplotanku (aku, ampeng, Thuang dan Ithink) masih bergelut dalam dunia per-indekos-an. Ada dua orang teman kosan yang masih bersaudara, nama mereka Awing dan Adi. Pada dasarnya mereka baik, tapi kami mencap mereka itu pelit markedit. Sebenarnya cap pelit markedit tidak sepenuhnya sifat asli Awing dan Adi, tapi mungkin karena pola hidup mereka yang selalu hidup berhemat dan memiliki manajemen bagus dalam dunia per-indekost-an yang membuat kami berprasangka sirik pada mereka. Karena dalam dunia per-indekos-an, aku dan komplotanku memakai ideologi “jika ada, sikat habis”, hidup boros dan selalu mendahulukan kepentingan perut. Ideologi “jika ada, sikat habis” membuat kami selalu kekurangan asupan gizi dan penyakit kanker akut jika memasuki tanggal-tanggal pertengahan bulan, atau kami bisa menyebut keadaan tersebut dengan status “hari-hari kritis”. Padahal pada saat-saat itu kiriman jatah bulanan dari kampung akan ngambek sampai dan baru akan kembali ceria pada awal bulan berikutnya. Maka pada saat kami dilanda “hari-hari kritis”, kami pasti akan selalu hidup prihatin dengan mengandalkan jurus untuk bertahan hidup di rimba per-indekos-an. Jurus andalan yang pertama yaitu ngutang di warung ibu kosan sambil pasang tampang memelas layaknya gelandangan yang gak penah makan dalam setahun atau dengan jurus andalan yang kedua yaitu dengan sowan ke rumah teman-teman sekolah pada saat-saat jam makan, mulai dari breakfast trus lunch hingga dinner.


Suatu hari, ketika kami sedang dalam keadaan status “hari-hari kritis”, saking kritisnya sampai kami terkena busung lapar stadium satu. Keadaan kami benar-benar kritis, asli lho!!! Karena ibu kosan lagi mudik jenguk keluarganya yang sedang ada hajatan di tanah Jawa, jadi warungnya tidak buka sehingga jurus andalan pertama kami lumpuh total. Sementara untuk jurus andalan yang kedua, hari itu alam raya tidak mendukung kami, hujan yang lebat menghalangi kami, kami tidak dapat sowan kerumah teman-teman sekolah karena kami termasuk dalam jenis manusia yang fobia terhadap air (salah satu jenis penyakit anak kosan yang menganut ilmu “mandi jarang, parfum dibanyakin”). Pendek kata hari itu adalah hari ternahas dalam dunia per-indekos-an kami. Ketika kami sedang dalam keadaan menderita dan bertarung antara hidup dan mati untuk melawan busung lapar stadium satu karena efek keadaan status “hari-hari kritis”, tiba-tiba malaikat jahat yang hari itu juga ikut hanyut dalam penderitaan dan pertarungan kami, membisikkan suatu ide yang sangat brilian. Tanpa dikomando, kami pun langsung saling menatap dan tersenyum licik sambil manggut-manggut, secara berjamaah kami sepakat untuk membobol kamar Awing dan Adi yang sedang tidak ada di tempat. Dalam pikiran licik kami, tindakan ini kami ambil untuk penyelamatan umat manusia dalam kepunahan karena urusan perut yang kronis dan tidak dapat ditangguhkan lagi serta itung-itung buat ngerjain ke-pelit markedit-an mereka (benar-benar licik kan, hehehehe….). Dan kami juga tahu dengan pasti jika didalam kamar mereka, segala apa yang kami butuhkan untuk mengakhiri penderitaan efek dari status “hari-hari kritis” kami, sangat amat berlimpah ruah disitu. Karena di kampung, keluarga Awing dan Adi punya toko kelontongan dan sembako. Dan karena mereka bisa hidup hemat di dunia per-indekos-an, maka mereka selalu memiliki stok pangan yang banyak dikamar mereka dan itu menyebabkan mereka tidak pernah sekalipun merasakan efek keadaan status “hari-hari kritis” kami. Setelah bersidang kilat dan mengatur perencaaan secermat mungkin, maka aksi pembobolan kamar itupun kami laksanakan. Kebetulan kamar yang ditempati Awing dan Adi memiliki pintu penghubung ke kamar yang kami tempati. Maka kami pun meminjam kunci pintu penghubung tersebut pada bapak kosan yang tidak diajak mudik oleh ibu kosan ke tanah Jawa, dengan dalih mau mengambil buku yang tertinggal didalam kamar Awing dan Adi. Dengan sedikit usaha keras dan keringat mengucur pelan karena bersusah-ria mendorong pintu penghubung yang tergencet ranjang dan harta benda Awing dan Adi, kami pun berhasil membuka pintu penghubung tersebut walau bukaannya hanya cukup untuk melintas buat satu orang.


Dan diantara kami berempat hanya aku yang bertubuh agak kecil (very long-long time ago, I miss my body…hiks..hiks..hiks) maka aku pun didapuk menjadi sang eksekutor pembobolan kamar tersebut. Dengan merapal ajian ilmu kanuragan “belut menyusup”, aku sukses menyeberang ke kamar Awing dan Adi tanpa halangan yang berarti. Sedang anggota komplotanku yang tiga orang lagi, juga berbagi bertugas, Thuang yang jago ngiler bertugas sebagai telek sandi alis mata-mata dengan tatapan tajam mengawasi gang jalan masuk kosan sambil nongkrong didepan warung ibu kosan, takut jika tiba-tiba Awing dan Adi muncul. Ampeng yang paling tua diantara kami bertugas mengawasi gerak-gerik bapak kosan yang sedang memberi makan pasukan kucing kampungnya dan terlihat mulai mencurigai tingkah kami. Sementara si Ithink bertugas sebagai porter untuk memindahkan barang-barang yang telah berhasil aku jarah dari kamar Awing dan Adi. Dengan dukungan langit yang sedang menumpahkan berjuta-juta galon airnya, aksi perdana atas pembobolan kamar tersebut terbilang sukses besar. Bayangkan saja, barang-barang yang aku jarah bukan hanya berkisar pada barang untuk program penyembuhan busung lapar stadium satu kami, tapi korek kuping, batu baterai, bedak bayi, pembalut wanita, kapur barus, ember plastik, paku payung, racun tikus, pensil, kertas karbon, deterjen, bumbu dapur, obat diare, sandal jepit, kaos kaki, buku tulis, kertas kado, sikat gigi hingga lotion anti nyamuk dan minyak cengceman buat rambut aku sikat semua tanpa kompromi (ini kamar kosan atau toko kelontongan sih?!?!).


Kesuksesan besar itupun kami rayakan dengan gegap gempita yang meluap-luap sambil berpesta kopi susu jahe hangat plus biskuit cokelat rasa nanas (biskuit yang aneh yaa…hehehehe), membuat busung lapar stadium satu kami tersenyum bahagia sambil menari-nari diiringi tepukan dan siulan merdu si malaikat jahat yang tak henti-hentinya tersenyum sumringah melihat realisasi rencananya kepada kami berhasil tepat guna. Seiring dengan semangat kemenangan kami, cuaca alam raya pun kembali cerah. Ketika kami telah terkapar kekenyangan, si malikat jahat pun pamit mundur dengan mengucap “hasta la vista bibeh, see you all next time yeaahhh..”. Aksi perdana pembobolan kamar yang sukses besar itu membuat kami berempat menjadi ketagihan untuk kembali dan kembali melakukannya lagi. Mulai saat itu kami merasa tidak perlu takut lagi akan efek dari status “hari-hari kritis” kami, karena kebutuhan akan paceklik di pertengahan bulan kami telah terpenuhi dengan intensitas penjarahan kami yang sepertinya mulai dahsyat, bombastis, spektakuler dan heboh. Dan kami juga tidak melihat adanya indikasi dari Awing dan Adi jika mereka kecolongan barang-barang logistik. Tapi hukum alam pasti terjadi, dan pepatah “sepandai-pandainya tupai meloncat pasti akhirnya akan jatuh juga” ternyata berlaku pada kami.


Ceritanya begini, di suatu sore yang cerah ketika kami menjarah kamar Awing dan Adi, aku yang selalu menjadi sang eksekutor tertangkap basah kuyup sampai lepek ketika sedang bergerilya didalam kamar mereka oleh Awing yang tiba-tiba muncul bagai hantu di cerita misteri dengan langsung berdiri gagah diambang pintu kamarnya. Namun Awing yang termasuk salah satu jenis manusia yang cinta damai dan selalu memendam rasa dihati dengan wajah dingin bak pembunuh bayaran di film-film mafia bollywood hanya diam dan seolah-olah tidak melihat kehadiranku disitu, aku yang tertangkap basah serta kaget langsung tidak percaya dengan apa yang terjadi, dan langsung pasang tampang “innocent baby” dengan berpura-pura merangkak keluar kamar seperti bayi yang baru berumur tujuh bulan (mungkin lebih tepatnya aku merangkak keluar kamar seperti babi ngepet, hehehehe...), namun Awing yang makin eksis dengan wajah dingin pembunuh bayarannya hanya membiarkan aku melenggang bayam eh kangkung keluar kamar dengan menggondol barang-barang jarahan yang berhasil aku ambil, tanpa berkata atau berteriak lancang “hei...bajingan tengik!!! Kembalikan semua barang-barang yang telah kau jarah dari kamarku ini..!!!”.

SERIAL GUE & INOY


EPISODE: GOD IS ONE PART II

Suatu ketika, Inoy tanya ke gue (neh anak untung imut)...
"bang zach... Tuhan itu ada dimana??"
Gue jawab kalo Tuhan itu adanya dimana-mana, tapi Inoy tanya lagi...
"kalo ada dimana-mana, berarti Tuhan itu banyak dong bang?? Tapi kemarin ibu guru Inoy bilang, kalo Tuhan itu cuma satu, bang Zach..."
Lalu, Inoy garuk kepala, dengan mata bulat beningnya melirik ke gue, yang juga garuk kepala...
"Tuhan itu memang ada di mana-mana, tapi gak berarti Tuhan itu banyak, Noy... karena Tuhan adalah pencipta alam semesta beserta isinya, maka Tuhan bisa mengawasi semuanya, nah, itu maksud dari pernyataan bahwa Tuhan itu ada dimana-mana, bukan berarti Tuhan itu banyak, Noy...", jelas gue.
Inoy manggut-manggut dengar penjelasan gue, setelah bosan manggu-manggut, Inoy lalu bertanya...
"berarti Tuhan itu Maha Melihat ya.. bang Zach?!?!"
"betul sekali, Noy.... Nah karena Tuhan Maha Melihat, maka tidak ada satu pun yang lepas dari pengawasan-Nya dan kita harus dan wajib mempercayai itu...", jawab gue.
"tapi kenapa kemarin, bang zach ngambil uang bunda dengan sembunyi-sembunyi, berarti bang zach, mengingkari pengawasan Tuhan yg maha hebat itu, dong?!", celetuk Inoy seketika.
Pukulan telak kedua yang gue terima dari makhluk imut bermata bening bulat ini...

KEBERAGAMAN ETNIS DAN BUDAYA SEBAGAI KEARIFAN LOKAL UNTUK PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MASYARAKAT DI DESA LABUHAN MAPIN

BAB I
PENDAHULUAN

Desa Labuhan Mapin yang terletak di wilayah Administratif Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah salah satu desa yang memiliki keberagaman etnis dan budaya. Desa Labuhan Mapin dihuni oleh mayoritas penduduk dari etnis yang berasal dari Sulawesi Selatan, seperti etnis Bugis, etnis Selayar, etnis Bira, etnis Mandar dan etnis Bajo. Selain etnis yang berasal dari Sulawesi Selatan tersebut, ada beberapa etnis keturunan seperti Arab, Jawa, Sasak dan etnis lokal Sumbawa yang telah berintegrasi dengan etnis mayoritas yang ada di Desa Labuhan Mapin. Hal inilah yang membuat keberagaman etnis dan budaya di Desa Labuhan Mapin tidak seperti desa lain yang ada di wilayah Pulau Sumbawa. Di Desa Labuhan Mapin, etnis mayoritas yang notabene adalah etnis yang berasal dari Sulawesi Selatan tidak terintegrasi secara penuh oleh budaya etnis lokal Sumbawa. Sedangkan di beberapa desa di bagian timur hingga tengah pantai utara Pulau Sumbawa yang mayoritas penduduknya juga berasal dari Sulawesi Selatan, selalu terintegrasi oleh etnis lokal, dari bahasa hingga budayanya.

Dari segi bahasa selain Desa Labuhan Mapin, integrasi bahasa lokal (Basa Samawa) sangat kental di desa-desa yang mayoritas penduduknya berasal dari Sulawesi Selatan, ini dilihat dari bahasa pengantar yang digunakan sehari-hari oleh penduduk yang menggunakan bahasa lokal (Basa Samawa dan Bima). Sementara di Desa Labuhan Mapin, bahasa pengantar yang digunakan sehari-hari adalah bahasa ibu (bahasa etnik asal). Orang-orang Bugis di Desa Labuhan Mapin hanya menggunakan Bahasa Bugis, begitu juga dengan orang-orang Selayar menggunakan Bahasa Selayar, orang-orang Bira menggunakan Bahasa Bira, dan orang-orang Bajo menggunakan Bahasa Bajo dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan bahasa ibu oleh masing-masing etnis yang ada di Desa Labuhan mapin ini adalah indikasi positif yang menunjukkan bahwa masing-masing etnis mampu bertahan ditengah-tengah etnis mayoritas lokal Sumbawa.

Sementara dari segi budaya, masing-masing etnis yang ada di Desa Labuhan Mapin juga masih tetap mempertahankan akar budaya mereka dari Sulawesi Selatan sana.

FILOSOFI DAPUR (Sebuah Kajian Singkat Tentang Makna Sebuah Pekawinan)

“KUMU’ULLENI MALLIBURIKI DAFURENGNGE BEKKE FITU, ABBAHINENO”

Dalam bahasa Bugis kalimat diatas adalah sebuah “Lecco-lecco Ada” atau sebuah peribahasa yang berarti jika anda telah mampu mengelilingi dapur sebanyak tujuh kali, maka beristri atau menikahlah. Dilihat sepintas kalimat atau peribahasa diatas sangat mudah untuk direalisasikan, dan jika kalimat atau peribahasa Orang Bugis diatas dijadikan sebagai syarat seseorang untuk bisa beristri atau menikah, maka untuk mengelilingi dapur sebanyak tujuh kali, mungkin semua orang atau bahkan anak kecil sekalipun pasti akan mampu melakukannya. Akan tetapi kalimat atau peribahasa diatas akan memiliki makna yang begitu luas jika dikupas lebih dalam.

Menurut pemikiran orang-orang Bugis, dalam sebuah dapur banyak sekali hal-hal atau simbol yang akan merujuk pada tentang bagaimana cara membina keluarga dalam sebuah ikatan pernikahan atau kehidupan berumah-tangga. Seperti dikatakan peribahasa diatas, kita harus mampu mengelilingi dapur sebanyak tujuh kali, jika kita ingin beristri atau menikah. Mengapa harus tujuh kali, kenapa bukan sekali atau sepuluh kali. Karena dalam pemikiran orang-orang Bugis angka tujuh memiliki makna yang sakral. Allah menciptakan alam semesta dalam waktu tujuh hari, langit dan bumi ini adanya tujuh lapis, Thawaf mengelilingi Kabbah sebanyak tujuh kali putaran, Sai antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali bolak-balik di Mekkah, Lontar Jumrah di Muzdalifah masing-masing tujuh kali lemparan pada tiap tugu (Ula, Wustha dan Aqabah) dan Surah al-Fatihah dan merupakan Surah Pembuka dalam al-Quran memiliki tujuh ayat yang memiliki julukan al-sab’ al-matsani yang berarti tujuh ayat yang sering diulang. Jadi angka tujuh dalam peribahasa orang Bugis diatas memiliki makna tentang pengabdian dan ibadah kita kepada Allah.

Angka tujuh dalam peribahasa diatas juga berarti ada tujuh tahap atau syarat yang harus kita pahami sebelum membina keluarga dalam sebuah ikatan pernikahan atau memasuki kehidupan berumah-tangga. Pertama kesiapan mental, kedua kematangan pemikiran, ketiga mengerti akan tanggung-jawab, keempat mampu menjadi seorang pemimpin, kelima mampu bersikap bijaksana, keenam mampu menjadi teladan yang baik dan ketujuh mampu menjadi seseorang yang memiliki sifat Istiqomah. Jika semua tahap atau syarat ini bisa kita kuasai berarti kita telah siap memasuki kehidupan berumah-tangga. Segala sesuatu yang akan kita lakukan dalam kehidupan ini harus dimulai dengan kesiapan mental, tanpa kesiapan mental kita tidak akan bisa maksimal dalam melakukan sesuatu dalam kehidupan. Jika mental kita telah siap maka pola pikir kita akan semakin matang dalam menghadapi sesuatu dan hal ini akan mampu membuat kita mengerti akan pentingnya tanggung-jawab. Mampu dan mengerti akan tanggung-jawab yang berakar dari kesiapan mental dan kematangan pikiran akan membuat seseorang siap menjadi pemimpin.

Apabila seseorang telah menjadi pemimpin maka sikap bijaksana harus mutklak dimiliki, karena sikap bijaksana akan membuat seorang pemimpin bisa menjadi teladan yang baik bagi orang-orang yang dipimpinnya. Maka kesimpulan dari semua penjelasan diatas adalah bahwa dengan kesiapan mental yang kita miliki akan berpikiran matang sehingga mampu menjadi pemimpin yang bijaksana dan dapat menjadi teladan yang baik bagi orang-orang yang dipimpin atau orang-orang disekitar serta bisa membuat kesadaran diri yang akan membentuk pribadi yang selalu bersikap istiqomah.

SERIAL GUE & INOY


EPISODE: ORASI POLITIK

"Negara yang paling kecil adalah rumah kita bang!!", teriak Inoy...
"Presidennya, ayah; menteri merangkap dewan perwakilan rakyatnya, bunda; abang zach, mbok Inah dan Inoy warga negaranya", Inoy menjelaskan.
"Abang, warga negara kelas satu, sedang Inoy dan mbok Inah adalah warga negara kelas dua, wong cilik yang selalu tertindas!!!", suara Inoy meninggi.
Gue yang sedari tadi ngedengar inong berorasi (baca : Inoy lagi kesurupan arwah caleg yang mati bunuh diri), mulai cari amunisi kata-kata buat mempertahankan diri jika tiba-tiba Inoy menyerang.
"Dan sebagai warga negara kelas dua, wong cilik yg selalu tertindas, Inoy akan mulai menjadi oposisi yang kritis dan akan memperjuangkan nasib sampai titik darah penghabisan, merrdekaa..!!!", orasi Inoy semakin berapi-api.
Wah..!!! ternyata Inoy kesurupan arwah caleg yang ngefans berat ama ibu Megawati. Gue ningkatin kewaspadaan, siaga satu, jaga-jaga kalo Inoy berubah anarkis.
"Tapi Inoy gak akan jadi oposisi yang anarkis, Inoy akan melawan dengan menggunakan hati nurani, Inoy gak mau seperti warga negara kelas satu, yang hanya menggunakan kekuatannya untuk memeras, memperdaya dan terkadang mengkambing-hitamkan wong cilik.!!!", tegas orasi Inoy, sepertinya Inoy bisa baca pikiran gue.
"Hidup wong cilik, maju warga negara kelas dua, hidup wong cilik, merdekaaaa!!!", pekik Inoy mengacungkan tinju tinggi-tinggi, sambil berjalan mendekat kearah gue.
Lalu, dengan mata bulat beningnya, Inoy menatap tajam kearah gue dan berkata,
"Gimana menurut abang, pidato Inoy barusan, spektakuler bukan?! Inoy akan ikut pemilihan caleg pada tahun 2014 nanti..."
Gue melongo, terbengong, sepertinya yang kesurupan bukan Inoy tapi gue...hehehehhe!!!

Senin, 05 Desember 2011

Kumpulan Puisi Herry Bengkast Situru'

K E M B A L I

Dalam sebuah ruang, terbaring dan dingin
Dengan nafas satu-satu
Seraut wajah pucat, diam dan terlihat letih
Membujur diatas pembaringan

Hanya gelombang suara lafadz kalimat
Yang mengagungkan Sang Pencipta terdengar
Lailahaillallah…
Lailahaillallah…
Lailahaillallah…
Memnggema memenuhi ruang

Dalam sebuah ruang, terbaring dan dingin
Dengan nafas satu-satu
Seraut wajah pucat, diam dan terlihat letih
Membujur diatas pembaringan

Dan duduk mengelilingi orang-orang terkasih
Kesedihan terpancar di wajah-wajah mereka
Ketakutan meliputi benak mereka
Takut akan kehilangan seorang yang mereka cintai
Ketakutan membuat mereka larut dalam kesedihan bersama

Dalam sebuah ruang, terbaring dan dingin
Dengan nafas terhenti
Seraut wajah pucat, diam dan terlihat tenang
Membujur diatas pembaringan

Gelombang suara yang mengagumkan Sang Pencipta
Wajah orang-orang terkasih yang terlihat sedih
Dan diliputi ketakutan bersama
Terhenti… dan ruang pun menjadi sunyi
Hanya detak jantung mereka yang duduk mengelilingi
Terdengar… dan semua tertuju
Pada seraut wajah wajah pucat, diam dan terlihat bahagia
…Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun…
Dan tangis pun pecah…

(Pontianak, 22 Desember 2006)

TABU (Sebuah Pembelajaran Moral Yang Unik)

Suatu hal yang selalu dianggap tabu oleh orang-orang tua dulu, sepertinya kini terlalu dianggap remeh oleh generasi sekarang yang sudah banyak terpengaruh akan era modernisasi. Padahal jika kita perhatikan, hal-hal yang dianggap tabu itu banyak mengandung nilai-nilai moral dan etika yang mungkin tidak akan kita dapat di sekolah atau disuatu institusi pendidikan lainnya. Disini saya akan mengemukakan tentang hal-hal yang dianggap tabu oleh orang-orang tua yang pernah saya dengar dari lingkungan keseharian saya sewaktu kecil. Ketika masih kecil saya sering mendengar bahwa tidak baik buat seorang anak perempuan yang duduk diambang pintu, karena kelak dia akan sulit mendapat jodoh. Kita tahu bahwa jodoh telah diatur oleh Tuhan. Anak muda sekarang pasti berpikir, peringatan diatas cuma sekedar slapstick semata dari orang tua yang masih berpikiran kolot. Tetapi jika dicermati, peringatan itu mengandung nilai moral dan etika yang tinggi. Dengan duduk diambang pintu, seseorang atau siapapun dia baik seorang anak perempuan atau bukan pasti akan sangat mengganggu jalan keluar masuk rumah atau suatu ruangan itu. Peringatan diatas hanya salah satu contoh dari sekian banyak peringatan yang dianggap tabu oleh beberapa orang tua untuk memberikan pelajaran moral dan etika kepada anak-anak mereka. Para orang tua ingin anak-anak mereka mengerti bahwa hal-hal yang mereka anggap tabu itu dapat menjadikan anak-anak menjadi takut dan patuh. Suatu metode pengajaran moral dan etika yang sangat efektif tentunya. Tetapi para orang tua secara tidak sadar telah mendoktrinisasi anak-anak mereka untuk menjadi sebuah pribadi, yang menurut saya sangat rapuh dan rentan terhadap bahaya modernisasi. Ini dikarenakan para orang tua hanya memberikan suatu larangan yang mereka anggap tabu itu, tanpa penjelasan yang gamblang mengenai maksud dan tujuan dari larangan tersebut. Orang tua terlalu banyak memberikan contoh yang mesti dihafalkan oleh anak, bukannya memberikan sebuah soal yang harus dikerjakan oleh anak. Seorang anak pasti akan bertanya-tanya dalam hati, apa mungkin jika suatu larangan yang dianggap tabu ini dilanggar akibatnya akan benar-benar berdampak pada kehidupan mereka.

Saya akan kemukakan sebuah contoh dari pengalaman pribadi saya sewaktu berusia tujuh tahun. Suatu ketika saya menginap di rumah seorang teman dan saat kami hendak beranjak tidur, ibu teman saya memperingati kami jika hendak tidur tidak boleh makan permen atau cemilan karena nanti akan membuat kami bermimpi buruk dan akan diganggu setan semalaman jika gigi kami tidak segera dibersihkan. Peringatan ini sangat efektif !! Saya dan teman saya langsung membuang permen yang sedang asyik kami kunyah dan segera menyikat bersih gigi kami. Sebagai seorang anak yang masih berusia tujuh tahun rasa penasaran dan keingintahuan saya begitu menggelitik, apa benar jika hendak beranjak tidur kita menguyah permen atau cemilan dan tidak membersihkan gigi, akan kejadian seperti yang ibu teman saya katakan terbukti? Situasi semacam inilah yang akan membuat seorang anak terpengaruh untuk mencoba melakukan suatu larangan yang dianggap tabu itu. Ini berarti pembangkangan atas larangan tersebut. Seperti contoh yang saya ceritakan diatas, rasa keingintahuan saya akhirnya membuat saya menderita sakit gigi yang parah ketika masih kecil. Karena dengan mengunyah permen dan tidak membersihkan gigi sebelum tidur saya tidak pernah bermimpi buruk dan tidak diganggu setan selama semalaman. Dan apa yang ibu teman saya katakan ternyata tidak benar terbukti. Andaikata ibu teman saya menjelaskan dengan gamblang tentang kuman yang akan merusak gigi kita dengan adanya sisa makanan yang tidak dibersihkan dalam mulut dan sela-sela gigi sewaktu kita tidur, maka kejadian sakit gigi yang saya alami sewaktu kecil tidak akan terjadi.
Seperti yang telah saya singgung diatas, metode pengajaran moral dan etika yang diterapkan oleh para orang tua ini, sebenarnya cukup efektif untuk digunakan. Akan tetapi memiliki kelemahan yang tidak diperhatikan oleh para orang tua, dikarenakan tidak dibarengi dengan suatu penjelasan logis yang bisa dipahami dengan mudah oleh seorang anak. Cara ini bisa mempengaruhi perkembangan mental seorang anak. Dari seorang anak yang biasanya selalu menurut berubah mulai mencoba-coba melanggar aturan yang diterapkan para orang tua, ini dikarenakan oleh rasa ingin tahu tentang larangan yang mungkin menurut pemikiran seorang anak sangat aneh atau cukup menantang daya imajinasi mereka. Seperti pengalaman saya ketika kecil diatas, keingintahuan saya tentang bagaimana rasanya bermimpi buruk dan diganggu setan sangat menantang untuk saya lakukan karena hal itu sangat spektakuler menurut pemikiran masa kecil saya. Contoh lain larangan yang dianggap tabu dilakukan dan sangat mempengaruhi daya kembang psikis seorang anak seperti larangan yang selalu dibarengi dengan ancaman atau menakuti seorang anak dengan sesuatu yang dianggap horor. Hal ini bisa membuat seorang anak menjadi fobia terhadap sesuatu. Ketakutan pada seorang anak bisa mematikan daya kreatifitas yang sangat diperlukan untuk perkembangan mental dan fisik. Untuk membuat seorang anak patuh sebenarnya tidak perlu mengintimidasi dengan cara mengancam atau menakut-nakuti,