Cari Blog Ini

Senin, 05 Desember 2011

TABU (Sebuah Pembelajaran Moral Yang Unik)

Suatu hal yang selalu dianggap tabu oleh orang-orang tua dulu, sepertinya kini terlalu dianggap remeh oleh generasi sekarang yang sudah banyak terpengaruh akan era modernisasi. Padahal jika kita perhatikan, hal-hal yang dianggap tabu itu banyak mengandung nilai-nilai moral dan etika yang mungkin tidak akan kita dapat di sekolah atau disuatu institusi pendidikan lainnya. Disini saya akan mengemukakan tentang hal-hal yang dianggap tabu oleh orang-orang tua yang pernah saya dengar dari lingkungan keseharian saya sewaktu kecil. Ketika masih kecil saya sering mendengar bahwa tidak baik buat seorang anak perempuan yang duduk diambang pintu, karena kelak dia akan sulit mendapat jodoh. Kita tahu bahwa jodoh telah diatur oleh Tuhan. Anak muda sekarang pasti berpikir, peringatan diatas cuma sekedar slapstick semata dari orang tua yang masih berpikiran kolot. Tetapi jika dicermati, peringatan itu mengandung nilai moral dan etika yang tinggi. Dengan duduk diambang pintu, seseorang atau siapapun dia baik seorang anak perempuan atau bukan pasti akan sangat mengganggu jalan keluar masuk rumah atau suatu ruangan itu. Peringatan diatas hanya salah satu contoh dari sekian banyak peringatan yang dianggap tabu oleh beberapa orang tua untuk memberikan pelajaran moral dan etika kepada anak-anak mereka. Para orang tua ingin anak-anak mereka mengerti bahwa hal-hal yang mereka anggap tabu itu dapat menjadikan anak-anak menjadi takut dan patuh. Suatu metode pengajaran moral dan etika yang sangat efektif tentunya. Tetapi para orang tua secara tidak sadar telah mendoktrinisasi anak-anak mereka untuk menjadi sebuah pribadi, yang menurut saya sangat rapuh dan rentan terhadap bahaya modernisasi. Ini dikarenakan para orang tua hanya memberikan suatu larangan yang mereka anggap tabu itu, tanpa penjelasan yang gamblang mengenai maksud dan tujuan dari larangan tersebut. Orang tua terlalu banyak memberikan contoh yang mesti dihafalkan oleh anak, bukannya memberikan sebuah soal yang harus dikerjakan oleh anak. Seorang anak pasti akan bertanya-tanya dalam hati, apa mungkin jika suatu larangan yang dianggap tabu ini dilanggar akibatnya akan benar-benar berdampak pada kehidupan mereka.

Saya akan kemukakan sebuah contoh dari pengalaman pribadi saya sewaktu berusia tujuh tahun. Suatu ketika saya menginap di rumah seorang teman dan saat kami hendak beranjak tidur, ibu teman saya memperingati kami jika hendak tidur tidak boleh makan permen atau cemilan karena nanti akan membuat kami bermimpi buruk dan akan diganggu setan semalaman jika gigi kami tidak segera dibersihkan. Peringatan ini sangat efektif !! Saya dan teman saya langsung membuang permen yang sedang asyik kami kunyah dan segera menyikat bersih gigi kami. Sebagai seorang anak yang masih berusia tujuh tahun rasa penasaran dan keingintahuan saya begitu menggelitik, apa benar jika hendak beranjak tidur kita menguyah permen atau cemilan dan tidak membersihkan gigi, akan kejadian seperti yang ibu teman saya katakan terbukti? Situasi semacam inilah yang akan membuat seorang anak terpengaruh untuk mencoba melakukan suatu larangan yang dianggap tabu itu. Ini berarti pembangkangan atas larangan tersebut. Seperti contoh yang saya ceritakan diatas, rasa keingintahuan saya akhirnya membuat saya menderita sakit gigi yang parah ketika masih kecil. Karena dengan mengunyah permen dan tidak membersihkan gigi sebelum tidur saya tidak pernah bermimpi buruk dan tidak diganggu setan selama semalaman. Dan apa yang ibu teman saya katakan ternyata tidak benar terbukti. Andaikata ibu teman saya menjelaskan dengan gamblang tentang kuman yang akan merusak gigi kita dengan adanya sisa makanan yang tidak dibersihkan dalam mulut dan sela-sela gigi sewaktu kita tidur, maka kejadian sakit gigi yang saya alami sewaktu kecil tidak akan terjadi.
Seperti yang telah saya singgung diatas, metode pengajaran moral dan etika yang diterapkan oleh para orang tua ini, sebenarnya cukup efektif untuk digunakan. Akan tetapi memiliki kelemahan yang tidak diperhatikan oleh para orang tua, dikarenakan tidak dibarengi dengan suatu penjelasan logis yang bisa dipahami dengan mudah oleh seorang anak. Cara ini bisa mempengaruhi perkembangan mental seorang anak. Dari seorang anak yang biasanya selalu menurut berubah mulai mencoba-coba melanggar aturan yang diterapkan para orang tua, ini dikarenakan oleh rasa ingin tahu tentang larangan yang mungkin menurut pemikiran seorang anak sangat aneh atau cukup menantang daya imajinasi mereka. Seperti pengalaman saya ketika kecil diatas, keingintahuan saya tentang bagaimana rasanya bermimpi buruk dan diganggu setan sangat menantang untuk saya lakukan karena hal itu sangat spektakuler menurut pemikiran masa kecil saya. Contoh lain larangan yang dianggap tabu dilakukan dan sangat mempengaruhi daya kembang psikis seorang anak seperti larangan yang selalu dibarengi dengan ancaman atau menakuti seorang anak dengan sesuatu yang dianggap horor. Hal ini bisa membuat seorang anak menjadi fobia terhadap sesuatu. Ketakutan pada seorang anak bisa mematikan daya kreatifitas yang sangat diperlukan untuk perkembangan mental dan fisik. Untuk membuat seorang anak patuh sebenarnya tidak perlu mengintimidasi dengan cara mengancam atau menakut-nakuti,

1 komentar: