Cari Blog Ini

Senin, 05 Desember 2011

WANITA (Sebuah Refleksi Kecintaan)

Wanita adalah makhluk terindah yang telah diciptakan Tuhan untuk mendampingi seorang pria. Dengan tubuh yang sempurna, Tuhan menciptakan wanita untuk menjadi tempat seorang pria bersandar dan berbagi rasa. Tuhan menciptakan wanita sebagai pelengkap pria dalam mengarungi hebatnya sebuah kehidupan. Wanita adalah tulang punggung sebuah bangsa. Wanita oleh Tuhan telah diberikan sebuah peran yang begitu menentukan atas kelangsungan hidup sebuah bangsa. Karena peran yang sangat besar ini, seorang wanita bisa membuat sebuah bangsa mencapai sebuah kejayaan atau bisa juga menuai kehancuran. Tuhan telah menganugerahkan kepada seorang wanita sesuatu yang sangat berarti bagi semua umat manusia yaitu rahim dan kelembutan. Dengan rahimnya seorang wanita bisa mencetak orang-orang yang akan merubah dunia. Dan dengan kelembutan yang telah Tuhan anugerahkan ini, seorang wanita mampu membuat kedamaian di muka bumi.

Selalu, putri sekarang adalah ibu kelak.
Dari ibulah tercapai kebesaran anak.
Jika Plato dan Socrates orang besar.
Pengasuh bijak merekalah yang besar.
Pada buaian ibu lalu masa kanak-kanak yang lemah.
Luqman jadi bijak kala sampai pada hikmah.
Pahlawan, salik, fakih, dan zahid.
Dari madrasah ini mereka murid.
Apa tugas bijak pria dan wanita ?
Yang satu bahtera dan yang lain nakhoda.
( Parwin I'tismani )

Bait-bait syair karya Parwin I'tismani diatas dengan jelas menceritakan bahwa seorang wanita dengan kelembutannya bisa membuat seseorang yang sangat besar sepeti Plato dan Socrates dan mampu merubah dunia. Asuhan ibu adalah "madrasah" bagi orang-orang besar, para nabi, filsuf, dan ulama ternama dunia. Imam Khomeini berkata, "melalui asuhan seorang wanita, seorang lelaki mencapai mi'râj-nya." (Dalam Buaian Nabi, bab 2, hal.43). Umat manusia tidak akan mencapai sebuah peradaban tanpa campur tangan seorang wanita. Seorang wanita dalam bait syair diatas diibaratkan sebagai sebuah bahtera, dan seorang nakhoda tidak akan pernah bisa mengarungi lautan tanpa adanya sebuah bahtera. Seorang pria tidak akan pernah berhasil dalam kehidupan tanpa ada bantuan dari seorang wanita. Dengan kelembutan yang Tuhan telah anugerahkan, seorang wanita sangat berarti dan berperan besar dalam kejayaan sebuah bangsa. Rasulullah saw. bersabda, "Wanita bertanggung jawab atas keluarga suaminya dan ( dalam ketidakhadiran suami ) atas semua anaknya, serta memikul tanggung jawab mendidik mereka." (Majmu'eh wa Ram, jilid 1, hal.6). Tetapi seoarang wanita juga dapat membuat sebuah peradaban menjadi hancur, Rasulullah saw. bersabda, " Orang sengsara adalah orang yang sengsara dalam perut ibunya; sedangkan orang bahagia adalah orang yang bahagia dalam perut ibunya." (Dalam Buaian Nabi, bab 2, hal.42). Kebahagian dan nasib baik seorang anak adalah buah dari apa yang diusahakan ibu. Jika seorang anak lelaki atau wanita mencapai puncak kesempurnaannya, maka kemuliaan dan kebesaran ini diperoleh dari seorang ibu. Jika upaya-upaya pendidikan dari seorang ibu telah mengantarkan seorang anak pada kebahagiaan dan nasib baik, maka ibu pun akan menikmati karunia kesempurnaan, keindahan, kebahagiaan dan nasib baik si anak. Seorang ibu akan bangga dengan perkembangan dan kemajuan dan spiritual si anak. Harus diakui juga bahwa kesengsaraan dan nasib buruk serta kelemahan anak juga merupakan hasil dari apa yang diusahakan oleh seorang ibu.

Ibulah orang yang menyulutkan.
Bak lilin ke kaki anak diarahkan.
Ibu yang nafsunya memperbudak.
Lupakan yang berlaku pada anak.
Tanggungan ibu yang terjadi semua.
Kesalahan anak dan dosa-dosanya.
Ibu yang mengenal kewajiban.
Keberadaannya demi anak korbankan.
( Ibrahim Shafa'i )

Orang tua yang tak ajarkan
anaknya hal-hal keutamaan.
Maka bahaya kejahatan
pada ayah dan ibu dikembalikan.
Anaknya telah pasrah oleh kuasa
kematian yang menikam hatinya
Hakim membacakan berkas kasusnya,
pencurian kuda, keledai, dan unta.
Tiang gantungan hukumannya.
Demi ketentraman umat manusia.
Ibu tua itu mendekatkan dagunya.
Memasukkan lidah kemulutnya.
Menekan sengat-sengat keburukan.
Lidah orang tua bawa kesengsaraan.
Di balik gigi, lisan ibu tersembunyi.
Menetes darah dari mulut dua insan ini.
Ibunya jatuh pingsan sementara anak
berkata kepada mereka, "Wahai khalayak."
Ibu melihat dan tersenyum atas polahku.
Ia tak memukul juga tak membentakku.
Tak pula memberitahuku ini pencurian.
Tanduk mencuri membawa kehinaan.
Senyum ibu dan rasa senangnya
membuka jalan buruk anaknya.
Hingga sampai aku mencuri telur,
mencuri unta, dan jadi penyamun.
Lidah ibu harus kusudahi sekarang.
Lidahnya itu yang tak bermakna.
Lebih tajam dari gergaji dahan.
Sebagai pembunuhku makna lainnya.
Jika sejak masa kanak-kanakku
ia mendidikku mencuri itu aib,
mana mungkin bisa aku mencuri,
tak mungkin aku ke tiang gantungan ini.
( Malik asy Syu'ara' )

Syair diatas menceritakan tentang seorang pemuda yang hendak di hukum mati karena telah melakukan pencurian. Yang mana kebiasaan ini dilakukannya sejak kecil. Seorang ibu yang notabene adalah seorang wanita sangat berperan dalam pendidikan moral anaknya, jika seorang ibu membiarkan atau menganggap bahwa mencuri sewaktu masih kecil adalah suatu kewajaran karena kenakalan masa kanak-kanak, maka dunia akan dipenuhi oleh banyak pencuri. Peradaban dunia akan hancur jika semua ibu yang ada di bumi bersikap seperti yang disebutkan dalam syair.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar